"Jika pelangi terbit setelah hujan reda maka,
Bahagiaku terbit setelah kamu tersenyum. "-Lalisa Bintari-
_______________________________
ABI melangkahkan kaki menuju kelas. Senyum di wajahnya tidak sedikitpun memudar. Suasana hati Abi sekarang sedang berbunga-bunga karena perilaku Abrar. Ia tidak peduli dengan komentar kejam yang ditujukan kepadanya. Meskipun jika teringat masih menyakitkan, Abi berusaha menganggap mulut mereka tidak berpendidikan karena tidak mempunyai biaya untuk menyekolahkan.
"Assalamualaikum teman temanku yang tercintah. Miss Indonesia 2018 udah datang nih, enggak minta tanda tangan?" Abi berdiri di depan kelas dengan tangan melambai-lambai seperti Miss Indonesia saat menyapa penggemar. Senyum ala pasta gigi ia tampilkan di wajahnya.
Keadaan yang semula ramai, kini berubah menjadi hening. Semua penghuni kelas menatap Abi dengan wajah yang berbeda. Sedangkan gadis itu kikuk mendapat tatapan aneh.
"Krik.. krikk.."
Terdengar suara jangkrik yang berasal dari salah satu ponsel. Seketika semua tatapan menoleh ke arah Joni-pemilik ponsel. Untuk sejenak, Abi bernapas lega karena tatapan beralih ke Joni.
Joni, cowok dengan rambut keriting itu meringis dan terlihat salah tingkah. Ia memasukkan ponsel dan tersenyum sebagai tanda persahabatan.
Tatapan kembali ke arah Abi yang masih di depan kelas. Gadis itu terlonjak kaget. Seolah-olah mereka telah terlatih sehingga bisa kompak satu kelas.
"Lo siapa?" Anisa, gadis berkacamata yang duduk di depan Abi berdiri.
"Eh?"
Abi meringis. Menggaruk kepala bagian belakang yang tidak gatal. Sungguh, ia tidak mengerti, pertanyaan polos yang keluar dari mulut Anisa.
"Gue siapa ya? Kok lupa? Sebentar gue tanya ke RT dulu," Abi tersenyum canggung dan beranjak dari tempat berdiri.
"Eh, itu kan Mimi Peri yang tadi malem mampir ke mimpi gue!" Rayhan menunjuk Abi yang hendak keluar kelas.
Cowok tampan setelah Abrar itu menghampiri dan merangkul pundak Abi. Membawa gadis itu untuk menuju tempat duduknya.
"Eh buseeett! Enggak ada yang lebih baik selain Mimi peri apa?"
"Ada!" teriak Joni dari tempat duduknya. "Elly Sugigi."
Seketika semua tertawa karena lelucon receh yang Joni. Abi memasang wajah cemberut. Selalu saja ia yang jadi bahan pembulian. Abi mengusap dada agar kesabarannya bertambah. Ia heran, mengapa teman-teman tega membuli?
"Enggak biasanya lo berangkat tepat waktu. Kesambet apa?" Sherlyn berbalik ke belakang.
Sherlyn dan Ratna duduk di depan bangku Abi. Sedangkan Abi duduk sendirian di belakang mereka. Rayhan berdiri di samping meja dengan tangan dilipat di depan dada. Menunggu jawaban yang akan diucapkan dari mulut gadis itu.
"Kepo yaa? Mau tahu?" Tanya Abi. "Ketik krek spasi Mau Tahu kirim ke Neraka. HAHAHA," Abi tertawa canggung. Sedangkan Ratna, Sherlyn, dan Rayhan menatap Abi dengan tatapan ingin mencekik lehernya hingga kehabisan napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi dan Abrar
Teen Fiction[SELESAI] Mencintaimu bukan perkara yang mudah. Aku harus melewati jalan berlumpur dan penuh lubang. Jika aku salah langkah sedikitpun, maka aku akan jatuh dalam kubangan lumpur yang kau ciptakan. Hingga aku memahami; betapa sulitnya sebuah perjuan...