"Aku terlalu baik untuk tidak melupakan kenangan kita
Namun kau terlalu sadis dengan mengatakan bahwa kau orang yang pelupa."-Lalisa Bintari-
________________________________
"ABI! bangun woi!" Adam menggedor pintu kamar Abi.
Adam kesal karena Abi tidak kunjung turun untuk sarapan. Akibatnya, ia yang harus menjemput adik tersayang sekaligus menyebalkan.
"Lo dandan aja jelek, mending gak usah dandan. Kalo jelek mah jelek sekalian." Adam masih mengoceh di depan pintu kamar Abi. "Eh tokek hidup, keluar gak lo?! Gue dobrak ini pintu."
Abi membuka pintu dengan kekesalan di wajah. "Abang apa-apaan sih?! Sabar sedikit gak bisa?"
"Lo? Disabarin?" Adam tertawa keras. "Jangan harap! Yang ada lo malah ngelunjak."
"Nyebelin, ih!" Abi menutup pintu dengan sedikit dibanting. "Kalo gak ikhlas manggil gak usah manggil, bikin mood gue berantakan tau gak?!"
"Biarin, wleee." Adam menjulurkan lidah kemudian berlalu menuju ruang makan.
"Abanggg!!!!"
Abi berlari menuju ruang makan. Niat hati ingin membalas perbuatan Adam yang laknat, tetapi kakaknya itu malah bersembunyi di balik punggung Maria. Menyebalkan. Jika begini ia tidak dapat berbuat lebih, bertindakpun akan membuat rugi diri sendiri. Akhirnya, Abi menuju kursi dan duduk di atasnya. Adam masih menjulurkan lidah, mengejek Abi. Sungguh, ingin sekali menampol kepala Adam dengan panci yang biasa dipakai Maria memasak.
"Abi, gak boleh marah-marah, ini masih pagi lho." Ucap Fandi.
"Abang yang bikin Abi marah!" Abi kesal dan tidak nafsu makan.
"Emang gue ngapain, hah? Niat gue udah baik mau bangunin lo biar gak terlambat." Adam makan dengan rakus. Alasan Adam hanya pencitraan agar ia bisa makan lebih.
"Terserah." Abi berdiri dan menyambut tangan Maria dan Fandi. "Abi berangkat sekolah dulu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, enggak makan dulu?" Maria berteriak agar Abi dapat mendengar.
"Abi gak nafsu makan karena Abang!"
Abi berlalu keluar rumah. Ia tidak peduli dengan Risa yang akan menangis karena ritual paginya tidak dilaksanakan. Adam memang kakak yang laknat, selalu mengganggunya di rumah ataupun di luar rumah. Menyebalkan.
Abi melangkah menuju sepeda biru yang biasa ia naiki bersama Abrar. Jika diingat, kejadian semalam membuat Abi melayang tinggi. Abrar menyatakan perasaannya. Kalian bisa bayangkan ketika orang yang kalian sayang menyatakan perasaanya, seperti di lautan bunga yang wangi penuh dengan kupu-kupu. Apalagi Abrar menciumnya, membuat ribuan kupu-kupu mengelitiki perut.
Sebenarnya Abi merasa aneh dengan sikap Abrar yang berubah drastis. Laki-laki itu bersikap bahwa esok adalah hari perpisahan ditambah Abi memergokinya menangis di malam itu. Abi juga tidak tahu di mana keberadaan Abrar setelah membawa Luna ke UKS. Ia menghilang begitu saja saat Abi hendak menjenguknya. Ada sesuatu yang di sembunyikan, namun Abi tidak tahu apa itu.
Seperti biasa, Abi menunggu Abrar untuk berangkat sekolah bersama. Abi tersipu malu saat mengingat kejadian semalam yang mampu membuat jantung berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia bahkan tidak menyiapkan kata-kata untuk menyambut Abrar, kemungkinan ia akan diam seribu bahasa agar Abrar lebih perhatian. Sungguh, Abi seperti berada di awan yang tinggi, terbang menjelajah seluruh langit. Hebatnya jatuh cinta memiliki efek yang nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi dan Abrar
Teen Fiction[SELESAI] Mencintaimu bukan perkara yang mudah. Aku harus melewati jalan berlumpur dan penuh lubang. Jika aku salah langkah sedikitpun, maka aku akan jatuh dalam kubangan lumpur yang kau ciptakan. Hingga aku memahami; betapa sulitnya sebuah perjuan...