"Still standing here waiting for you."
-Lalisa Bintari-
________________________________
ABI melangkah riang. Gadis dengan rambut terikat satu itu tersenyum bahagia. Menyambut pagi yang cerah. Melupakan beban yang menambah kekesalan. Rambut itu bergoyang ketika diterpa angin pagi. Meninggalkan seberkas kesejukan dalam kulit.
Menikmati hari bisa dilakukan kapanpun dan di manapun. Terlalu melihat ke atas akan berakibat tidak baik. Se-sekali kita harus melihat ke bawah. Ada banyak orang yang lebih menderita, tetapi mereka tahu cara bersyukur. Tidak seharusnya, mulut dibuat mengoceh kelebihan orang lain. Namun, lihat kekurangan pada diri terlebih dahulu.
Abi masih mendengar keluhan buruk. Sekecil apapun kesalahan yang diperbuat, selalu salah dihadapan mereka. Bahkan hal baik dianggap buruk. Ia sudah terbiasa. Makanan yang disuguhkan di pagi hari selalu lahab termakan. Tetapi tidak sampai ke hati. Hati adalah tempat yang harus dijaga kesuciannya. Sebisa mungkin, dendam ia singkirkan.
"Abrar, enggak marah lagi?"
Abrar menaikkan satu alis. "Kapan gue marah?"
"Kemarin." Abi menunduk. "Kemarin Abrar marah, kan?"
"Enggak."
"Lah, terus kenapa?"
"Lagi gak mood."
Abi mengangguk mengerti. Ia bernapas lega. Setidaknya, Abrar tidak marah. Ia tidak ingin bertengkar terlalu lama. Tidak baik.
"Abrar, nanti ke taman ya?"
"Ngapain?"
Abi ngengir kuda. "Enggak papa. Cuma pengen aja. Ke sana ya?"
"Enggak."
Raut wajah Abi berubah lesu. "Liat matahari terbenam."
Abrar menatap aneh. "Liat di google."
"Kalo Abi mau liat buaya darat juga ada di google."
Abi menghela napas. Mengapa Abrar kelas kepala? Sulit merubah keputusannya.
"Yaudah, kalo gak mau."
Abi berbalik ke kelas. Meninggalkan cowok itu. Ia tidak peduli. Sekuat apapun merubah, tidak ada gunanya. Mungkin, ia akan ke taman. Tetapi tidak sekarang.
==§§§==
Abi memasuki kelas. Pukul 06.25. Lorong sekolah terlihat sepi. Beberapa siswa melewati, namun tidak sebanyak yang diperkirakan.
"Lo berdua kok udah ada di sini?"
Abi melihat Ratna dan Sherlyn yang duduk manis. Jarang sekali mereka berangkat pagi. Apa jam dinding di rumah mereka rusak?
"Berangkat jam berapa? Atau jangan-jangan kalian tidur di sini ya?"
"Enak aja! Kita itu orang yang rajin. Makanya berangkat pagi." Ratna menatap Abi malas.
"Tapi, kenapa harus kalian yang berangkat pagi?"
"Yaelah. Emang gak boleh?"
Abi mengerutkan kening. Berpikir. "Enggak. Cuma aneh aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi dan Abrar
Teen Fiction[SELESAI] Mencintaimu bukan perkara yang mudah. Aku harus melewati jalan berlumpur dan penuh lubang. Jika aku salah langkah sedikitpun, maka aku akan jatuh dalam kubangan lumpur yang kau ciptakan. Hingga aku memahami; betapa sulitnya sebuah perjuan...