Extra Part

496 26 0
                                    

"Bersamamu, kuingin habiskan waktu. Menikmati lika-liku dunia dan kejamnya semesta. Kau dan aku akan menua bersama dengan cinta yang terikat selamanya."

-Abrar & Abi-

-------------------------------------------------------

ANGIN berhembus dengan pelan, menerbangkan dedaunan kering. Musim kemarau membuat mereka mengering lebih cepat dari biasanya. Burung pipit sibuk mengumpulkan jerami untuk dijadikan sarang. Menciptakan kehangatan untuk telur yang akan menetas.

Awan berarak menuju arah yang tidak terhingga. Sebagian orang mendamba sebuah hujan mengguyur kota untuk membasahi tanah yang kering. Penghuni kota ini tengah bersuka ria, meskipun hujan belum juga turun. Petugas kebersihan melaksanakan tugas dengan sabar dan teliti, berharap mendapatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan.

Bunga-bunga tertanam rapi di depan sebuah butik. Meskipun tidak terkenal, butik ini silih berganti dikunjungi pelanggan. Nuangsa klasik melekat pada dinding putih butik itu. Desain baju yang menarik kerap menjadi rebutan pelanggan.

Di luar butik, kendaraan berlalu lalang melintas dengan kecepatan masing-masing. Kota metropolitan ini, sangat sibuk hingga tidak mempunyai waktu tidur. Polusi udara yang kerap membuat warga batuk-batuk, tidak diindahkan dengan mudah. Meskipun begitu, kota ini penuh dengan kesejukan karena setiap pohon berdiri kokoh untuk menebarkan oksigen.

Seorang wanita cantik berumur 23 tahun tersenyum riang melayani pelanggan yang masuk ke butik miliknya. Rambutnya yang panjang tertata rapi hingga membuat kecantikan alami terpancar. Sudah lima tahun berlalu, namun wajah imutnya terlihat seperti gadis berumur 18 tahun.

"Asti, tolong ambilkan berkas kemarin ya?" Ucapnya sambil melayani pelanggan.

"Iya, Mbak." Perempuan bernama Asti itu adalah karyawan yang menemaninya di butik ini. Tidak seperti karyawan lain, Asti lebih dapat dipercaya dan setia.

Sesekali ia tertawa menanggapi lelucon pelanggan. Ia ramah dalam berbicara sehingga menarik kekaguman pelanggan terhadap dirinya. Tidak hanya itu, ia juga pandai dalam memilihkan pakaian yang pantas untuk seseorang. Kepiawaiannya dalam menekuni bakat memang tidak dapat diragukan lagi.

"Ini, Mbak." Asti menyerahkan berkas yang dimaksud.

"Makasih ya, Asti." Ia tersenyum. "Kamu layani Bu Martha dulu ya, saya ada urusan."

Asti menangguk. "Iya, Mbak."

Kemudian ia menoleh ke arah wanita paruh baya di sampingnya. Wanita yang akrab disapa Martha itu adalah pelanggan tetap butik ini. Tidak heran jika sebagian orang mengenalnya sebagai ibu-ibu kekinian. Meskipun umur Martha telah beranjak kepala lima, namun selera berbelanjanya tidak pernah sirna.

"Bu Martha, saya tinggal sebentar ya, ada pekerjaan yang harus saya selesaikan."

"Baiklah. Tapi, aku akan meminta pendapatmu tentang pakainan yang cocok untukku."

Ia terkekeh pelan sebagai tanggapan. "Kapanpun saya siap, Bu Martha."

Setelah itu, ia beranjak menuju ruangan yang tidak jauh dari tempat utama. Ia menghembuskan napas berat. Akhir-akhir ini, ia berkerja sangat keras hingga melewatkan makan siang. Terkadang, perutnya terasa perih yang menandakan asam lambung meningkat. Di tambah lagi, tuntutan dari Maria yang memintanya untuk cepat-cepat menikah. Bagaimana ia bisa menikah jika calon saja tidak punya? Sungguh lucu.

Dengan cepat, ia menarik berkas-berkas yang belum sempat terbaca. Ia harus menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas. Menarik para klien agar sedia berkerja sama dengan butik miliknya. Butik ini tidak besar, namun cukup diminati banyak orang. Salah satu cara agar butik ini berkembang adalah bekerja sama dengan pihak lain. Terkadang ia bingung untuk memperoleh pinjaman di saat kantong menipis. Cepat atau lambat, ia membutuhkan orang lain untuk bekerja sama.

Abi dan AbrarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang