"Sayangi dan hormati ibumu
Selayaknya seorang budak patuh kepada sang Penguasa, "-Lalisa Bintari-
_____________________________
ABI turun dari bis yang mengantarnya ke kompleks perumahan pelanggan Maria. Abi menghela napas. Ia harus berjalan lagi untuk menemukan rumah yang tertulis dalam secarik kertas kecil.
Abi masih merasa kesal. Kalau bukan karena cowok sialan itu, tentu saja ia dapat mengantarkan bunga pesanan pelanggan tepat waktu. Jika sudah begini Abi tidak akan dibayar karena terlambat. Maria juga akan mengeluarkan jurus kera sakti yang ia pelajari di televisi.
Satu jam yang lalu, Abi mampir ke bengkel untuk memperbaiki roda sepeda yang bengkong. Butuh waktu agar sepeda biru Abi normal kembali. Abi berpikir sejenak. Lantas ia ke sekolah naik apa?!!! Menyebalkan!
Setelah berjalan begitu lama, Abi akhirnya sampai di alamat yang ia tuju. Abi tercengang melihat rumah yang berdiri di hadapannya. Besar dan megah! Kira-kira sebelas duabelas dengan rumah Abrar. Meskipun lebih megah rumah Abrar. Sedikit..
Abi mencoba membuka gerbang rumah. Tidak dikunci. Ia tersenyum senang. Rezeki anak sholeh memang tidak pernah salah alamat. Abi memberanikan diri melangkah lebih dalam. Langkah Abi terhenti di depan sebuah pintu yang mempunyai tinggi dua kali lipat dari tinggi badannya. Dengan ragu-ragu, Abi menekan bel. Tidak lama kemudian pintu terbuka. Menampilkan seorang wanita paruh baya yang sangat cantik.
Dengan wajah datar dan judes wanita itu bertanya, "Cari siapa?"
"Ma-maaf, apa ini rumah Tante Ranti?" Ucap Abi sopan.
"Iya betul. Ada perlu apa?"
Wanita itu menatap Abi dari bawah ke atas, seakan sedang meneliti seorang teroris. Membuat Abi merasa gugup dan takut.
Abi meneguk ludah kasar. "Sa-saya dari Toko Bunga Maria Indah, ingin mengantarkan pesanan bunga Tante Ranti,"
Tanpa disangka, wanita paruh baya itu malah terkekeh pelan. Abi mengernyit keheranan. Ada yang salah pada dirinya??
"Ooohh kamu anaknya Maria yaa.. Tante kira siapa tadi. Maaf yaa Tante sempat judes sama kamu," Ranti tersenyum.
Abi menghela napas lega. "Enggak papa kok, Tan.."
"Ayo masuk.. enggak enak bicara di luar," Ranti mempersilahkan Abi masuk ke dalam rumah besar itu.
"Eh, iya Tante.."
Abi berjalan masuk ke dalam rumah bak istana itu. Ia benar-benar terpana dengan kemewahan rumah Ranti. Rumah yang di dominasi dengan warna kuning keemasan. Sangat elegan dan menarik. Di tengah ruang tamu terdapat lampu hias minimalis. Sangat cocok dengan warna dinding yang keemasan. Lukisan-lukisan apik bergantung rapi dan manis. Abi menebak, pasti harga lukisan itu jutaan rupiah. Atau lebih??
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi dan Abrar
Teen Fiction[SELESAI] Mencintaimu bukan perkara yang mudah. Aku harus melewati jalan berlumpur dan penuh lubang. Jika aku salah langkah sedikitpun, maka aku akan jatuh dalam kubangan lumpur yang kau ciptakan. Hingga aku memahami; betapa sulitnya sebuah perjuan...