26 Hadir Lagi

299 22 12
                                    

"Dia hadir di antara kita."

-Lalisa Bintari-

__________________________________

ABI  memicingkan mata. Berusaha memperjelas pengelihatan. Penampakan seseorang yang pernah ia temui. Hari masih pagi, tetapi gadis cantik itu sibuk memperhatikan seseorang yang tengah berdiri di koridor.

Jam menunjukkan pukul 06.45 WIB. Pagi-pagi sekali Abi berangkat. Tujuan berangkat pagi adalah ingin mengetahui misteri dari kapur yang menempel di meja. Ia penasaran dan tidak bisa tidur karena memikirkan masalah itu. Namun, ia teralihkan oleh seseorang.

Abi tidak henti memperjelas penglihatan. Berharap bahwa orang yang ia pikirkan tidak di sini. Berharap bahwa dugaannya tidak terjadi. Semua akan menjadi lebih sulit jika orang itu ada. Seperti benang yang saling terikat dan membentuk jalur yang tidak mungkin diselesaikan. Ia tidak ingin hal itu terjadi. Cukup dengan kehadiran Kevin yang mampu merusak hubungan. Kini, ada lagi?

"Selamat pagi, cantik."

Kevin tersenyum. Pria itu berusaha menghalangi pandangan Abi yang tengah sibuk mengamati seseorang. Berusaha membuat Abi terfokus padanya.

Abi berdecak kesal. "Ck! Lo apaan sih? Ganggu aja!"

"Gue mau lo perhatiin juga."

"Jangan harap! Minggir, lo ngehalangi pandangan gue." Abi menggeser tubuh Kevin.

Lagi-lagi pria itu bergerak menghalangi penglihatan. Berdiri seakan-akan ia adalah pantung pancoran yang sengaja dibuat. Tingkah Kevin menyebalkan. Mengapa ada orang yang terlahir sebagai orang ini?

"Lo cantik kalo lagi marah, hehe.."

"Apaan sih?! Gue gak butuh gombalan receh lo!"

"Seharusnya lo bersyukur, cewek-cewek di sini pengen ada di posisi lo."

"Gak usah sok tahu."

Kevin tersenyum. Sungguh, senyuman yang indah. Senyuman yang mampu membuat para kaum hawa terpana termasuk Abi.

"Gue bukan sok tahu, secara gue kan ganteng, jadinya pada ngejar-ngejar gue gitu."

Abi memutar bola mata malas. Sempat terlintas bahwa pria yang berdiri di depannya adalah seseorang yang mempunyai senyuman indah. Kini, semua menguap dan menghilang berubah menjadi rasa muak.

"Ganteng dari Hongkong. Minggir, ah!"

"Muka gue enak dilihat kok, kenapa harus minggir?"

"Karena gue muak dengan sikap lo!"

"Sikap gue kenapa?"

Abi memejamkan mata. Berusaha tidak menelan Kevin hidup-hidup. Pagi yang cerah, tidak baik jika amarah muncul.

"Lo itu nyebelin, sombong, dan sok ganteng! Padahal gue liat lo biasa-biasa aja, gak sekeren yang cewek lain bilang."

Kevin mengangguk-angguk mengerti. "Berarti lo beda."

Abi mengerutkan kening. "Gue?"

"Iya, lo beda. Itu alasan gue ngedeketi lo." Kevin tersenyum. "Lo gak mandang fisik gue, seganteng apapun gue. Itu yang membuat gue tertarik buat jadiin lo pacar."

"Idiiihh!! Ogah!"

Tiba-tiba Kevin tertawa. "Hahaha.. muka lo lucu. Pengen gue tampol pake sepatu."

Abi melotot. "Apa? Berhenti ketawa gak?!"

Kevin tertawa semakin keras. Semua terpusat pada mereka berdua. Membuat rasa malu muncul di benak Abi. Ingin sekali menyumpal mulut itu dengan kaos kaki hingga ia tidak sadarkan diri.

Abi dan AbrarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang