30 Rumit

290 22 10
                                    

Now playing: Janji hati-Budhila

Semoga suka
Happy reading😊

_________________________________

"Bolehkah aku egois?
Aku ingin senyummu hanya untukku
Aku ingin perhatianmu hanya untukku
Aku ingin pikiranmu hanya tentangku. "

-Abi & Abrar-

_________________________________

ABRAR terdiam memandang dua insan yang saling berbicara. Mereka terlihat akrab, membuat hati memanas tidak tahu penyebabnya, apalagi topik pembicaraan yang membuat telinga panas sekaligus hati terasa sakit. Ia egois dengan bersikap tidak peduli dan bertingkah seakan-akan tidak mempunyai rasa apapun, sedangkan jauh di dalam hati meraung melihat sang Pujaan dekat dengan laki-laki lain.

Abrar bukan tipe laki-laki yang mudah menyatakan cinta seperti menyatakan keinginan meminjam sesuatu. Ia tidak pernah menganggap cinta sebagai hal yang sepele, malah sebaliknya, ia menganggap cinta sebagai sesuatu yang berharga dan harus dijaga keberadaannya.

Abrar tidak sengaja bertemu dengan Abi saat perempuan itu keluar dari area gudang sekolah. Niat hati ingin menghampiri, tetapi ia urungkan karena menemukan Kevin berjalan di belakangnya. Dengan rasa ingin tahu, Akhirnya Abrar mengikuti dua objek yang bercengkrama akrab. Ia seperti seorang penguntit yang bodoh, seharusnya tidak ini yang dilakukan. Abrar terlihat sebagai pengecut kelas handal, ia mencintai namun terhalang gengsi yang tinggi. Hanya rasa cemburu yang ia dapatkan, ingin sekali mengungkapkan, tetapi tidak semudah itu.

Abrar mendengar Abi mengalihkan topik pembicaraan. Perempuan itu terlihat menghindar dari pernyataan yang terlontar dari mulut Kevin. Setelah itu, Abi memutuskan kembali ke kelas dengan alasan jam pelajaran Bu Ginjar, ia bisa terkena hukuman jika terlambat. Kevin mengangguk mengerti, kemudian mengantar Abi menuju kelasnya.

Abrar terdiam memandang punggung  yang berjalan beriringan itu. Seharusnya ia menghampiri dan menggagalkan semua rencana Kevin dalam melakukan pendekatan terhadap Abi. Namun, ia terlalu pengecut untuk bertindak dan hanya memendam semua rasa yang tidak dapat diungkapkan. Abrar terduduk merenung. Akankah semua berakhir? Ia ingin kembali ke keadaan di mana tidak ada Kevin dan Luna di dalamnya. Mereka adalah dua orang yang bisa memisahkan yang sebelumnya sedekat nadi.

Abrar beranjak menuju tempat yang bisa menjadi curhatan hati. Ia tidak peduli jika jam pelajaran tengah berlangsung, keadaan hati tidak baik, pelajaran apapun tidak akan masuk ke dalam otaknya. Kakinya membawa ke pohon beringin yang rindang. Tempat ini cukup menenangkan karena menyimpan beribu kenangan. Ia ingat ketika Abi tersenyum manis, kemudian tertawa, semua terekam bagai memori yang rusak. Ia tidak akan melupakan walaupun hanya sesaat.

Abrar memasang headset di telinga, menikmati alunan musik yang memenuhi pendengaran. Angin siang berhembus mengeringkan keringat yang menempel pada tubuh. Apa yang harus ia lakukan? Apakah diam pilihan yang tepat?

"Abrar, lo ngapain?" Luna berdecak kesal ketika menemukan Abrar diam tidak merespon panggilannya. "Abrar, lo dengerin gue gak sih?!"

Abrar melirik Luna sekilas, kemudian melepas headset. "Apa?"

"Lo gak denger gue manggil lo?"

"Enggak."

"Nyebelin banget sih!"

Abi dan AbrarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang