41 Hilang (2)

412 24 0
                                    

Now Playing: Afgan-Sudah

Yeeyyy!!

Jangan lupa comment ya

Semoga suka, dan semoga impian terwujud.

See you ya..

Happy reading💕

==§§§==

"Aku merindukanmu, bisakah kamu mengerti itu?"

-Lalisa Bintari-

==§§§==

"CARI siapa?"

Adit duduk di samping Abi. Sedari tadi gadis itu celingak-celinguk menatap area kantin. Kegelisahan tampak jelas di matanya.

"Enggak siapa-siapa."

"Bohong, dari tadi lo toleh sana, toleh sini. Emang gue bego apa?"

Abi mencebik kesal. "Iishhh, terserah gue dong, apa masalah lo?"

"Gue cuma nanya, kutu beras!" Adit terdiam dan melanjutkan acara makan yang tertunda.

Abi mencari Abrar. Entah mengapa hari ini ia merindukan laki-laki itu. Rindu yang tidak bisa ditahan. Setalah kejadian kemarin, Abi tidak bertemu Abrar, di rumah pun ia sibuk membantu Maria menyiapkan pesanan bunga, kemudian mengantarnya ke pelanggan. Tidak ada waktu untuk diam-diam memperhatikan Abrar.

Selama ini, Abi memang diam-diam memperhatikan. Melihat laki-laki itu dari balkon kamar. Melihat semua tingkah dan perilakunya. Hanya itu obat dari rasa rindu yang melanda. Ia tidak lagi mengirim atau meneror Abrar dengan pesan-pesan bodoh. Semakin hari jarak antara mereka berdua terlampau jauh, sangat jauh.

"Rayhan sama Risky mana? Biasanya dua curut itu di sini."

"Risky dipanggil ke ruang BK karena tidur di kelas, kalo Rayhan gak tau ke mana itu anak, ngilang terus." Adit menghabiskan bakso dengan lahab kemudian meminum es teh yang disediakan.

"Risky emang kebo, kerjanya kalo gak makan ya tidur, gitu aja terus sampe Sehun jadi pacar gue." Abi mengaduk-aduk teh hangat dengan sedotan.

"Gue gak rela!"

"Hah?" Abi mengerutkan kening. "Gak rela apaan?"

"Sehun itu jelek, mending pacaran sama gue." Adit menaikkan alis secara bergantian.

"Najis, jijik gue."

"Halah, bilang aja mau, gak usah malu-malu gitu ah."

"Ogah!" Sarkas Abi. "Gue cinta Abrar, ya kali pacarannya sama lo."

Abi membekab mulutnya sendiri. Ia keceplosan. Harusnya ia menutupi perasaan itu, karena selama ini, ia bersikap tidak mencintai Abrar. Nyatanya, zonk. Dalam hati, Abi meruntuki mulut yang tidak bisa dikontrol. Ia akan menjadi bahan buli-bulian. Bodoh! Masa mengerikan dimulai dari sekarang.

Namun, dugaan Abi meleset jauh. Raut wajah Adit berubah lesu.

Laki-laki itu tersenyum miris. "Jadi, dari tadi lo cariin Abrar?"

"E-enggak."

"Gue bodoh ya? Karena mengharap lo cinta sama gue."

Abi terdiam. Ia merasa bersalah atas semua yang terjadi. Seharusnya, ia menjaga hati Adit agar tidak terluka. Sekarang, Adit terluka karena ucapannya.

Abi dan AbrarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang