43 Fakta Sebenarnya

353 23 0
                                    

Hai!
Jangan lupa coment n like ya,
Biar aku seneng.

Selamat membaca!
Aku sempetin up to date nih meskipun tugas numpuk.

Siapapun kamu, makasih ya udah baca cerita aku 😘
Jangan bosen nunggu up to date 💕

Semoga seneng ya!

See you! 💋💕😘

_______________________________

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, tanpa ada luka maupun duka. Namun, semesta berbaik hati, ia tidak ingin aku menjadi pengecut yang lari dari kenyataan."

-Lalisa Bintari-

________________________________

ABI menggerutu kesal. Maria seenaknya mengusir dari toko dengan alasan, ada pesan bunga yang harus diantar. Bagaimana tidak kesal? Setelah menenangkannya yang menangis sesenggukan, Maria tetap menjadi Maria yang galak. Wanita itu cerewet, meminta ini itu. Ia harus bersabar menghadapi Mamanya.

Abi memarkirkan sepeda di sebuah rumah sakit ternama. Mengapa ia harus mengantar bunga ke rumah sakit? Seharusnya orang sakit diberi buah bukan bunga yang tidak ada gunanya.

Sepanjang perjalanan menuju kamar inap di mana pelanggan yang memesan bunga sedang sakit, Abi menggerutu kesal. Perempuan itu mengacuhkan pandangan setiap orang yang menganggapnya aneh bahkan gila. Ia tidak peduli, kekesalan sudah terlanjur mendarah daging!

Abi celingak-celinguk memastikan bahwa kamar yang dituju adalah benar. Perlahan-lahan, perempuan itu memasuki kamar. Pikiran-pikiran aneh mulai bermunculan, bagaimana jika ia masuk kamar mayat? Melihat mayat hidup, kemudian mencekik lehernya? Tidak, ia masih ingin hidup! Ia belum mengungkapkan perasaannya kepada Abrar.

Ketika memasuki kamar, ia menemukan sesuatu yang mengejutkan. Ia melihat seorang laki-laki yang sangat dikenal tengah mengobrol dengan perempuan yanga memakai selang oksigen.

Abi tidak mengerti apa yang tengah mereka bicarakan. Ia berusaha mendekat untuk mendengar lebih dalam.

"Luna.."

Abi terkejut. Itu adalah suara Abrar. Seseorang tengah ia rindukan, tetapi mengapa laki-laki itu berada di rumah sakit. Siapa yang sakit?

Abi menajamkan pandangan. Ia merasa mengenal perempuan yang tengah berbaring lemah itu. Siapa? Tadi, Abrar mengatakan nama Luna, apakah perempuan itu Luna?

"Gu-gue.. gue cinta lo."

Abi berbujur kaku mendengar perkataan yang baru saja terlontar. Ada gemuruh di hati mendengar perkataan itu. Perlahan-lahan, ia melangkah mundur. Naas, ia malah menyenggol vas bunga yang ada di belakangnya.

PRAAAKK!!!

Usai sudah, ia ketahuan. Ia seperti penguntit handal. Tidak ada yang perlu dijelaskan. Semua  sudah jelas, sejelas-jelasnya.

Abi menjatuhkan pesanan bunga mawar, kemudian berjalan mundur.

"Ab-abi?"

Abi dan AbrarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang