"Aku di sini melihatmu, mendengar gelak tawamu dari kejauhan."
-Kevin Pratama-
_______________________________
ANGIN menerpa wajah yang cantik jelita. Membelai lembut kulit yang putih bersih. Rambutnya berterbangan, mengajak angin bermain. Senja di sore hari belum terlihat. Namun, gadis itu tidak sabar menunggu datangnya senja yang menyambut dengan mega merah. Tiada henti ujung bibir itu tersenyum, berbahagia dengan hari yang indah.
Sepeda biru melaju dengan kayuhan yang tidak terlalu kuat. Bergerak perlahan dengan hati-hati. Menikmati angin yang berhembus menyentuh kulit mereka. Kendaraan berlalu-lalang dengan kesibukan yang tidak dimengerti. Memenuhi jalanan dan membuat kemacetan di mana-mana. Asap hitam mengepul, membuat sesak napas.
Sepeda itu melaju dengan lincah, meliuk-liuk, menerobos setiap celah di antara dua kendaraan. Kecepatan sepeda tidak sebanding dengan mobil yang mewah, namun dalam keadaan ini, sepeda paling cepat melaju.
"Abrar, jadi ke taman, kan?"
Diam. Cowok tampan dan pujaan para perempuan terdiam tidak bersuara. Membuat Abi menghela napas panjang. Apakah suaranya kurang keras?
"Abbbbbrraaaaarrr!!" Abi berteriak sekuat tenaga.
"Telinga gue masih normal, gak usah teriak."
"Habisnya Abrar diem sii." Abi terkekeh pelan. "Jadi ke taman, kan?"
"Hmm."
"Yeeee!!! Jadi ke taman." Abi bergoyang kesenangan.
Abrar menghela napas panjang. Abi bergerak terlalu aktif hingga ia harus ekstra mengendalikan sepeda agar tidak hilang kontrol. Gadis yang ada di belakangnya, terlihat bahagia. Menampilkan wajah bodoh yang tidak dimiliki orang lain. Perut terasa tergelitik ketika melihat raut wajah itu.
Jalanan yang terlewati penuh dengan toko. Tersusun rapi dan menarik, pengunjung berdatangan untuk sekedar berjalan-jalan ataupun mencari makan. Lampu tepi jalan mulai menyala, menyinari jalan agar tidak terlalu gelap.
Senja, satu kata untuk mengartikan keindahan. Tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal untuk melihatnya, cukup dengan kesabaran. Kesabaran menunggu datangnya senja.
"Abrar, tadi Joni nakal sama Abi."
"Bukan urusan gue."
"Abrar gitu, seharusnya marahin Joni!" Abi mengerucutkan bibir.
"Whatever."
Abi mengalihkan padangan. Tidak ingin berurusan dengan Abrar yang cuek. Biarlah Abrar senang, dengan pikiran yang bebas.
==§§§==
Abi turun dari sepeda, wajahnya cerah melihat area taman yang hijau. Hati senang, keinginan terwujud.
"Abrar, liat deh! Cantik ya?" Abi menunjuk taman yang hijau.
"Hmm."
"Ayo, Abrar! Kita main."
"Main?"
Abi mengangguk antusias. "Nostalgia masa kecil."
Abi berlari menuju tengah taman. Menikmati angin yang berhembus santai. Sore yang mulai menampakan warna orange menjadi pemanis suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi dan Abrar
Teen Fiction[SELESAI] Mencintaimu bukan perkara yang mudah. Aku harus melewati jalan berlumpur dan penuh lubang. Jika aku salah langkah sedikitpun, maka aku akan jatuh dalam kubangan lumpur yang kau ciptakan. Hingga aku memahami; betapa sulitnya sebuah perjuan...