13 Tanpa Sepeda Biru

454 44 13
                                    

"Hanya dengan tanganmu,
Aku ingin menggenggam."

-Lalisa Bintari-

______________________________

ABRAR menunggu Abi di depan rumahnya. Se-sekali ia melirik ke arah rumah yang tidak mewah tetapi selalu ramai dengan canda tawa. Berbeda dengan rumah Abrar yang sepi tak berpenghuni. Karena ditinggal pergi sang Pemilik berkerja sepanjang hari.

Abrar melihat jam tangan hitam yang melingkar manis di tangan kiri. Pukul 06.30. Abrar tidak pernah menyangka Abi dapat berubah secepat ini. Hampir seminggu mereka tidak terlambat. Tentu saja, karena kesepakatan yang terjadi di antara mereka berdua.

"Abrar!!" Abi berlari kecil menghampiri Abrar.

Akhirnya orang yang Abrar tunggu datang juga. Wajah Abi ceria dengan senyum yang merekah. Hari ini, Abi mengikat rambut agar tidak berantakkan karena ia tidak membawa sepeda. Jangan tanya di mana sepeda Abi! Tentu saja, di bengkel..

Abrar mengernyit keheranan ketika melihat Abi datang tanpa sepeda. Sedangkan Abi malah senyum-senyum tidak jelas.

"Sepeda?" Abrar akhirnya bertanya setelah melihat Abi yang semakin tidak waras.

Abi mengerutkan kening. Kemudian menoleh ke belakang. Namun tidak menemukan sepeda yang sedang melintas.

"Enggak ada sepeda yang lagi lewat, Abrar.." Abi menampilkan wajah cengo.

Abrar menghela napas kasar. "Sepeda lo ke mana?"

"Oooo ituu.." mulut Abi membentuk bulatan sempurna. "Ada di bengkel kok. Roda depan sepeda Abi bengkong karena nabrak pembatas jalan. Abrar tau gak gara-gara apa? Gara-gara ada beruang madu berhenti di tengah jalan.."

Abrar harus bersabar menghadapi Abi yang cerewet. Perempuan memang paling jago dalam hal berbicara. Soal Abi yang bertanya dan dijawab sendiri, jangan terlalu dipikirkan. Karena Abi memang aneh..

Abrar mengerutkan kening kebingungan. "Beruang madu?"

Abi mengangguk mantap. "Iya, beruang madu pembawa sial. Abrar jangan deket-deket sama dia nanti di terkam.."

Abrar memegang kening yang terasa berdenyut. Ia merasa Abi sedang tidak waras. Atau bahkan baterainya habis hingga membuat Abi linglung??? Apapun itu, Abrar lebih memilih diam daripada menjawab pekataan Abi.

"Abrar.." panggil Abi lirih. "Sementara waktu berangkat naik bis dulu yaa.." Abi menunduk sambil memilin jemari mungil.

Abrar tersenyum dalam hati. Entah mengapa tingkah Abi selalu terlihat menggemaskan di mata Abrar. Tangan Abrar tergerak mengacak-acak rambut Abi.

"Emm.." Abrar melangkah pergi dari hadapan Abi.

Abi tersenyum senang. Hal sederhana yang Abrar lakukan mampu membuat pipi Abi memerah seperti tomat. Memang hal sederhana namun dapat membuat bunga bermekaran di hati Abi. Abi berbalik dan menyusul langkah Abrar yang lebih dahulu meninggalkannya.

"Abrar!! Tungguin Abi!"

==§§§==

Abi dan Abrar menunggu bis di halte dekat rumah mereka. Sudah 15 menit mereka berdiri. Abi benar-benar bosan. Ternyata menunggu angkutan umum tidak seperti yang terlihat. Begitu lama dan membosankan!!

Abi dan AbrarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang