Now playing: I'll never love again-Lady Gaga
Jangan lupa vote dan komen ya
Happy reading!💕
_________________________________
"Aku terlalu egois, hingga tidak menyadari penderitaan orang lain."
-Lalisa Bintari-
_______________________________
ABI dan Abrar datang kembali ke ruang rawat inap Luna. Di sana, Anto duduk dengan wajah yang lesu dan putus asa. Terlihat raut lelah yang bertambah-tambah setiap hari.
Abrar menghampiri pria paruh baya itu. Ia tahu betapa berat menjadi seorang ayah yang harus menjadi kuat sedangkan hatinya mengatakan rapuh. Abrar duduk di samping Anto, menunggu pria itu berbicara.
Abi hanya mengamati. Jujur, ia merasakan bodoh luar biasa. Ia tidak tahu apapun, tetapi menganggap Luna sebagai orang jahat. Padahal perempuan itu berhati baik, sangat baik. Jika Abi berada di posisi Luna, ia akan melakukan hal yang sama tanpa berpikir dua kali, atau lebih kejam lagi?
"Kata dokter, penyakit Luna sudah menyebar di seluruh tubuhnya, keadaannya semakin parah, tidak ada harapan lagi untuk sembuh, tinggal menunggu waktu saja." Ucap Anto dengan nada lesu dan putus asa.
Abrar mengusap punggung Anto, hendak mengucapkan sesuatu yang dapat meredakan kegelisahan pria itu. Namun, saat akan mengucapkan kata, Abi lebih dahulu memotong.
"Om, Abi yakin, Luna pasti sembuh, Abi juga yakin, Luna anak yang kuat, dia gak pernah nyerah gitu aja sama keadaan."
Ucapan Abi membuat Anto menoleh ke arahnya. Ia heran mengapa perempuan yang tidak dikenal ada di sini? Ada urusan apa dia?
Seakan mengerti akan tatapan mata Anto, Abi berusaha menjelaskan.
"Saya Abi, Om. Temennya Luna."
Anto tersenyum. "Terima kasih sudah mau berteman dengan anak saya. Saya harap kamu tidak akan menjauh saat mengetahui penyakit Luna."
Abi menggeleng pelan. "Tidak, Om. Saya akan berada di sisi Luna mulai sekarang."
Anto berdiri, kemudian tersenyum. Ia menepuk punggung Abi dua kali.
"Terima kasih." Ucap Anto. "Saya pergi dulu, tolong jaga Luna."
Abi dan Abrar mengangguk pelan. Mereka berdua memandang punggung Anto yang semakin jauh meninggalkan ruangan.
Abi tahu, Anto hanya ingin menenangkan diri. Ia belum siap kehilangan anak tersayang sekaligus anak satu-satunya. Beban berat seakan dipikul oleh punggung itu.
Setelah kepergian Anto, Abi berjalan ke ruangan Luna. Di sana, Luna tengah terbaring dengan masker oksigen. Tubuh itu benar-benar lemah tanpa tenaga. Kurus dan tidak berdaging.
Dokter mengatakan, Luna dalam keadaan kritis. Keadaannya semakin parah. Jika ia dapat melewati masa kritis malam ini, tentu saja ia selamat, tetapi belum tentu sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi dan Abrar
Teen Fiction[SELESAI] Mencintaimu bukan perkara yang mudah. Aku harus melewati jalan berlumpur dan penuh lubang. Jika aku salah langkah sedikitpun, maka aku akan jatuh dalam kubangan lumpur yang kau ciptakan. Hingga aku memahami; betapa sulitnya sebuah perjuan...