Seseorang berdiri di balik panggung penonton. Wajahnya tampak biasa saja, namun, jauh di dalam hati, ia gugup setengah mati. Ia akan menyampaikan sesuatu yang penting. Sangat penting. Ia tidak akan menundanya lagi.
"Min, udah siap semua?" Ia menoleh ke arah perempuan sinting di pojokan.
Mimin mengangguk, kemudian menghampirinya. "Bos, gak usah takut. Ini yang terbaik untuk Bos. Mereka gak akan marah, kok. Percaya deh sama Mimin."
"Iya, gue yakin mereka akan menerima keputusan gue." Matanya menatap Mimin, kemudian tersenyum. "Makasih, udah semangatin gue selama ini. Gue bangga punya lo."
"Ah, si Bos apaan, sih? Mimin jadi malu, nih!" Mimin menutupi mukanya dengan telapak tangan.
Ia memutar bola matanya malas. Mimin benar-benar menjijikan. "Najis! Nyesel gue ngomong kayak gitu."
"Yah, kok gitu? Jahat banget!" Mata Mimin berkaca-kaca. Tadi Mimin sangat senang karena disanjung, sekarang, ia jatuh ke jurang dan tenggelam.
"Amit-amit!"
Orang itu berjalan meninggalkan Mimin. Ia mantap akan merubah segalanya. Ia tidak ingin mempunyai arti nama yang buruk. Sekali lagi, ia menoleh ke arah Mimin. Perempuan yang bernama Mimin itu tersenyum tulus.
Ia memejamkan mata. Doa-doa ia panjatkan pada Sang Pemberi hidup. Ia yakin, Tuhan bersamanya sekarang. Tuhan selalu memiliki rencana terbaik untuk hamba-Nya. Kini, ia pasrah. Tuhan selalu baik kepadanya. Ia percaya Tuhan akan membuat semuanya kembali membaik.
Perlahan, matanya terbuka. Ia awali dengan niat baik. Kakinya mulai melangkah menghadapi para penonton yang telah menunggunya. Meskipun hanya beberapa saja, ia sangat senang. Setidaknya, mereka ada untuk mendukung dirinya.
"Selamat datang! Terima kasih sudah mampir di lapak ini." Ia tersenyum. "Bagaimana keadaan kalian?"
"Baik." Jawab penonton bersamaan.
Ia kembali tersenyum. "Kehadiran saya di sini, ingin menyampaikan sesuatu. Apapun keputusan saya, saya berharap kalian dapat menerima dengan lapang dada."
Hembusan napas kasar ia keluarkan, kemudian melanjutkan ucapannya. "Menurut saya, ini sangat berat. Saya harus mencari referensi di beberapa media. Namun, seizin Tuhan, saya dapat menemukan jalan terbaik untuk saya dan lapak ini."
"Apakah Danur akan hiatus?" Salah satu perempuan yang menyimak pidato Danur bertanya.
Iya! Orang yang sekarang berbicara di depan penonton adalah Danur. Namun, saat ini, ia ingin menyampaikan hal penting.
Danur menggeleng. "Saya tidak akan hiatus, semoga saja."
"Lalu, apa?" Ucap yang lainnya.
Danur menatap penonton satu persatu. Ia tahu kesalahan terbesarnya tidak mencari tahu arti namanya. Sekarang, di harapan semua penonton, ia akan berbicara jujur tentang keinginannya untuk merubah nama pena.
"Saya akan mengganti nama pena saya."
Bisik-bisik tetangga mulai terdengar. Mereka mulai menerka-nerka tentang apa yang sedang terjadi. Mengapa Danur memilih mengganti nama penanya?
"Ekhm!" Danur berusaha meminta perhatian para penonton yang sibuk dengan dugaan mereka. "Saya akan menjelaskan alasan mengapa memutuskan mengganti nama pena saya."
Danur terdiam sejenak sebelum melanjutkan. "Jadi, saya tidak lagi menggunakan nama pena Danur Dan. Saya akan mengganti nama pena saya menjadi Athira Ardillah. Mengapa? Saya baru tahu, nama Danur Dan memiliki arti nama yang buruk. Danur berarti cairan yang keluar dari bangkai busuk atau lebih jelasnya air yang keluar dari mayat yang sudah membusuk. Jujur, saya kaget ketika tahu arti nama Danur. Kesalahan saya adalah saya tidak mencari tahu arti Danur sebelum menggunakannya. Awalnya saya menggunakan nama Danur Dan karena Danur Dan adalah singkatan dari nama asli saya."
"Sedangkan Athira Ardillah berarti yang mewangi dan dirindhoi oleh Allah SWT. Mewangi merujuk pada wangi-wangian, keharuman. Jadi, saya berharap dapat menebarkan keharuman kepada siapapun yang baca cerita saya dan setiap langkah yang saya ambil, saya berharap Allah selalu meridhoi dan merestui. Melalui karya saya, mulai dari Abi dan Abrar, Story Of You, dan Hujan di Kala Senja, saya berharap cerita saya dapat menghibur kalian di manapun kalian berada. Saya akan berusaha semaksimal mungkin. Tujuan saya menulis adalah kalian. Saya ingin membuat orang lain terhibur."
"Jadi, pidato kali ini, dapat disimpulkan bahwa mulai detik ini nama pena saya berubah menjadi Athira Ardillah. Semoga dengan nama pena yang baru, saya dapat lebih baik lagi dalam menulis. Kalian bisa memanggil saya Thira, oke?!"
Thira tersenyum lega. Begitupula para penonton yang merasa senang dengan perubahan nama penanya. "Kita buka lembaran baru! Kita harus lebih produktif! Jangan kalah dengan mereka! Jangan dengarkan ocehan mereka! Kamu adalah kamu. Mereka boleh berkomentar, tetapi, keputusan ada di tanganmu."
Thira menoleh ke arah Mimin. Perempuan itu tersenyum sambil berkaca-kaca. Ia bangga mempunyai majikan yang kadang goblok dan sinting. Ia tidak menyangka bertemu dengan Thira yang kebanyakan halu, rebahan, dan makan.
"Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan, untuk itu, saya sarankan agar kalian selalu meminum air putih. Air putih itu sangat berguna. Apalagi untuk ginjal. Kalo kalian gagal ginjal, jadi repot, kan? Oh, satu lagi, jangan lupa untuk selalu memakai sandal swallow." Thira berpidato serius. Tetapi, penonton mulai bergumam tidak tenang. Sebenarnya ini acara apa?! Mengapa malah membahas sandal swallow?!
"Terakhir! Hati-hati! Lebaran nanti banyak penipuan. Biskuit Kong Wan, sekarang berisi kerupuk, rengginang, dan keripik singkong. Jangan tertipu, kalo kalian tertipu, kalian akan bergabung dengan komunitas saya. Komunitas orang goblok dan geblek, HAHA!"
Mimin menepuk jidatnya. Bos Thira tidak berubah meskipun nama penanya berubah.
'Dasar sempak babi! Bos Thira kembarannya meganthropus!'
***
Dengan ini, saya benar-benar minta maaf, 🙇♀
Saya juga minta maaf karena koplaknya gak ketulungan T_TSaya harap, mulai saat ini kalian memanggil saya Thira, ya? Hehe ..
Satu hal lagi, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan.
Sebentar lagi lebaran, saya minta maaf ya!Jangan lupa vote, komen, dan share ke temen-temen kalian, biar mereka tahu bagaimana tololnya Thira 😵
Sampai jumpa lagi!
Luv ❤😘Ig author:
dianna_idda
athiraa_ardillah
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi dan Abrar
Fiksi Remaja[SELESAI] Mencintaimu bukan perkara yang mudah. Aku harus melewati jalan berlumpur dan penuh lubang. Jika aku salah langkah sedikitpun, maka aku akan jatuh dalam kubangan lumpur yang kau ciptakan. Hingga aku memahami; betapa sulitnya sebuah perjuan...