10 Bunga Tulip

431 46 10
                                    

"Mencintai adalah kata kerja
Dicintai adalah kata sifat
Cinta bukan kata benda
Cinta adalah kata hati."

-Lalisa Bintari-

____________________________

ABI dan Abrar akhirnya dapat keluar dari lingkungan SMA 65 GARUDA BANGSA setelah bersusah payah agar tidak ketahuan Pak Somat. Awalnya Abi menolak untuk membolos dengan alasan takut jika memperburuk nama Abrar di mata para guru. Namun, Abrar tidak masalah dengan itu dan tetap ingin membolos. Dengan berat hati, Abi pun mengiyakan ajakan Abrar untuk membolos.

Abrar menggayuh sepeda dengan Abi yang membonceng di belakang. Abrar juga sudah mengirim pesan kepada Sherlyn untuk membawa tasnya dan Abi.
Abrar mengernyit keheranan ketika menemukan Abi yang diam seribu bahasa. Biasanya gadis itu sudah berceloteh layaknya burung. Wajah cantik Abi juga terlihat lelah dan lesu. Abrar menghembuskan napas kasar, tidak ingin mengganggu Abi. Ia membiarkan Abi dengan pikirannya yang entah ke mana.

Abi menegakkan punggung. Kemudian berdiri secara tiba-tiba dengan pijakkan yang ada pada sepeda. Tangan Abi memegang pundak Abrar untuk menjaga keseimbangan. Abrar hampir saja oleng karena tindakan Abi yang terkesan mendadak itu.

Abi memejamkan mata menikmati angin yang menerpa wajah lesunya. Abi melepaskan pegangan pada pundak Abrar dan melentangkan tangan lebar, menikmati semilir angin yang berhembus. Perlahan Abi membuka mata.

"AAAAA!!!!" Teriak Abi. Abrar mengerutkan dahi akan sikap Abi yang aneh. Aneh, hampir mirip orang gila!

"AAAAA!!! GUE BENCI MEREKAA!!!" Teriak Abi lagi.

Seulas senyum tercipta di wajah Abrar. Sekarang Abrar mengerti mengapa Abi berteriak seperti orang gila. Abi hanya ingin melepaskan beban yang ia tanggung. Aneh. Sikap Abi memang aneh. Namun, sikap Abi yang aneh itu mampu membuat orang di sekitarnya tersenyum bahkan tertawa.

Abi kembali duduk dengan senyum puas. Ia merasa lega karena telah mengeluarkan unek-unek yang sempat ia tahan sejak tadi pagi. Mengeluarkan semua rasa sakit, pedih, dan sesak yang ada di hati kecilnya.

"Abrar, kita mau ke mana?" Wajah Abi berubah menjadi riang, seakan tak pernah ada masalah yang ia hadapi.

Tidak ada jawaban. Abi memanyunkan bibir beberapa senti. Kesal dengan sikap Abrar!

"Abrar ih! Kalo di tanya itu dijawab.. Jangan diem aja!"

Abrar membiarkan Abi merajuk seperti anak kecil. Menurutnya, pertanyaan Abi tidak perlu dijawab. Nanti juga tahu sendiri. Abrar kembali fokus pada kegiatan menggayuh sepeda. Setelah beberapa menit berlalu. Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

"Turun!" Ucap Abrar.

Abi turun dari sepeda dan ternganga melihat bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya.

"Kok, ke toko bunga Mama?" Jawab Abi cengo.

Abrar tidak menjawab. Ia melenggang masuk ke toko bunga Maria tanpa mempedulikan Abi yang terbengong menatap toko bunga Mamanya itu. Dari sekian tempat yang dapat mereka kunjungi, mengapa harus toko bunga Mamanya?!! Abi bisa di makan hidup-hidup karena ketahuan membolos oleh Maria. Abi menarik napas dalam-dalam. Mencoba menguatkan hati sebelum menyusul Abrar yang mendahuluinya.

Tingg!!

Bunyi bel yang menandakan ada pelanggan yang masuk berbunyi nyaring. Toko yang bernuangsa ungu di penuhi oleh bunga warna-warni terpampang jelas di depan mata. Menarik dan minimalis. Itulah toko bunga Maria.

Abi dan AbrarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang