Now playing: Sam Smith-Fire on fire
Jangan lupa voment ya biar semangat nulisnya👍
Happy reading
_______________________________
"Kamu tidak pernah tahu perjuangan seseorang untuk membuatmu tertawa, meskipun ada kosekuensi yang harus dia tanggung."
-Kevin Pratama-
_________________________________
"PAGI cantik." Kevin tersenyum ramah di depan Abi.
Abi terlonjak kaget. Ia tersadar dari lamunan karena Kevin. Sikap Abrar yang berubah mampu membuat Abi termenung sepanjang perjalanan menuju sekolah.
"Ngapain sih lo? Ngagetin gue terus, gak ada kerjaan lain apa?"
"Wah, jangan galak-galak jadi cewek, gak laku kelar idup lo." Kevin tersenyum mengejek.
"Terserah gue dong. Hidup-hidup gue apa masalah lo, hah?"
"Gue tau itu hidup lo, tapi kan setidaknya patuhi amanat calon suami."
Abi mengerutkan kening. "Calon suami siapa?"
"Gue dong." Kevin membanggakan diri. "Kevin Pratama."
"Amit-amit jabang bayi."
Abi melangkah meninggalkan Kevin, laki-laki itu semakin hari semakin tidak waras. Ia tidak minat untuk berdebat dengan siapapun kali ini, namun kehadiran Kevin menambah mood berantakan. Ingin sekali membangun tembok yang besar atau perlu tembok Cina sekalian agar Kevin berhenti mendekatinya. Laki-laki itu tidak pernah bosan mengejar, padahal berlari sendirian tidak enak.
"Lo kenapa?" Kevin menyeimbangkan langkah Abi.
"Menurut lo?"
"Menurut gue lo lagi gila."
Abi menghentikan langkah, kemudian menatap Kevin tajam. Ternyata lama kelamaan laki-laki itu menyebalkan daripada Adam. Ingin ditampol juga pake panci Maria mungkin.
"Lo ngira gue gila?" Jawab Abi kesal.
"Lah, tadi kan lo minta pendapat gue, kenapa jadi marah?"
"Serah."
Abi kembali meninggalkan Kevin, namun lagi-lagi ia menemani langkah Abi. Sebenarnya ia ingin marah-marah kepada Kevin, tetapi marah karena apa? Yang ada Kevin menjadi pelampiasan dari rasa sesak di hati. Tidak baik, lebih baik diam daripada menyakiti orang lain yang tidak tahu apapun.
"Lo lagi PMS?" Tanya Kevin.
"Enggak."
"Kenapa galak bener kayak singa liar?"
Abi mencubit pinggang Kevin hingga ia merintih kesakitan. Ia kesal dan ingin mencari mangsa untuk pelampiasan. Abi menahan untuk tidak terbawa emosi ketika berhadapan dengan Kevin, tetapi laki-laki itu menyuguhkan diri sebagai pelampiasan.
"Eh upil kecoa, gue lagi badmood jangan ganggu gue." Abi menatap Kevin tajam.
"Bilang dong kalo lagi badmood, gue punya obatnya." Kevin tersenyum penuh kemenangan, ia merasa puas dapat mengetahui sebab sikap Abi berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abi dan Abrar
Teen Fiction[SELESAI] Mencintaimu bukan perkara yang mudah. Aku harus melewati jalan berlumpur dan penuh lubang. Jika aku salah langkah sedikitpun, maka aku akan jatuh dalam kubangan lumpur yang kau ciptakan. Hingga aku memahami; betapa sulitnya sebuah perjuan...