27 Bolos lagi

299 25 25
                                    

"Tinggalkan dia dan berlari bersamaku, akan kubawa kau ke tempat di mana bahagia menghampiri."

-Kevin Pratama-

_______________________________

PEMANDANGAN hijau memenuhi pandangan. Angin berhembus pelan, mencoba menenangkan perasaan yang berkecamuk. Dedaunan bergoyang mengikuti irama angin, seakan mengajak bicara hati yang gelisah dan sedih.

Abi duduk di bawah pohon beringin. Pohon yang menjadi saksi bahwa dahulu ia dan Abrar sering dihukum karena terlambat. Tempat yang penuh kenangan. Dedaunan yang jatuh menandakan setiap kebahagiaan akan meninggalkan tuannya kemudian berganti dengan kesedihan.

Bel masuk telah berbunyi, namun gadis berambut panjang itu tetap duduk dengan nyaman, enggan bergerak ataupun berpindah tempat. Perasaannya teramat perih dan terluka. Menatap awan adalah kegemaran Abi. Ia senang melihat kapas putih itu bergerak beriringan menuju arah yang tidak ada pangkalnya.

Tentang Abrar, Abi selalu bersemangat. Bagaikan matahari yang bersinar menerangi bumi. Namun, laki-laki itu bersikap dingin dan tidak tersentuh. Ketidakpeduliannya yang melampaui batas membuat Abi hilang harapan. Sempat beranggapan bahwa Abrar tidak sedikitpun mempunyai rasa. Ia hanya menganggap Abi sebagai adik yang perlu dilindungi. Abrar membuat Abi berpikir ratusan kali untuk menebak perasaannya.

Sejak kecil Abi terbiasa bersama Abrar. Bahkan ketika Abi diganggu oleh teman-teman TK yang ingin menjahili, Abrar selalu menjadi yang terdepan untuk membela dan mengusir semua yang berniat jahat. Tidak ada satupun yang berani mendekat untuk berniat buruk. Abrar yang tidak kenal takut namun bersikap dingin dan ketus. Tidak apa, Abi merasakan kenyamanan saat bersama Abrar.

"Lo ngapain? Galau gara-gara kejadian tadi?" Kevin datang dan duduk di samping Abi.

"Lo kok di sini? Ini jam pelajaran."

Kevin tersenyum. "Gue ngikutin lo."

Abi berdecak sebal. "Ck! Dasar penguntit."

"Gue liat kejadian tadi, meskipun gue gak ada di situ."

Abi mengerutkan kening. "Maksut lo apaan?"

"Gue selalu memperhatikan lo di manapun dan kapanpun. Gue punya koneksi yang bisa ngawasin lo setiap saat. Jangan tanya kenapa gue bersikap begini, tapi salahkan perasaan yang tumbuh di hati gue." Kevin menatap ke depan.

"Lo gak tahu apa-apa." Abi tersenyum miris.

"Gue emang gak tahu, tapi gue akan berusaha ada saat lo butuh." Kevin tersenyum.

Abi memandang Kevin yang duduk di sampingnya. Ternyata, Kevin tidak seburuk yang diperkirakan. Ia memang sombong tetapi ada sisi lembut yang tidak diketahui siapapun. Kevin tampan, idaman semua perempuan, dan kebanyakan mereka menilai dari luar saja. Kevin adalah sosok yang menyenakan, humoris, dan akrab dengan siapapun. Hanya saja, sikapnya yang sewenang-wenang membuat orang lain memandang buruk.

Meskipun baru beberapa hari menjadi murid baru, Kevin tidak kesulitan untuk mencari teman. Ia mudah sekali menemukan teman yang sejalan dan sepemikiran. Ia tidak akan berteman dengan mereka yang mengharapkan harta yang ada padanya. Ia berteman dengan mereka yang apa adanya, meskipun nakal dan urakan asalkan setia kawan.

"Ayo, ikut gue." Kevin mengulurkan tangan.

Abi mengerukan kening. "Ke mana?"

"Lo butuh refreshing untuk menghilangkan rasa galau."

Abi dan AbrarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang