4. Duduk sebangku selama 1 tahun?

382 21 3
                                    

Kau layaknya polaroid yang aku tempel di dinding kamar, dapat kulihat namun tak dapat kuulang.

Pagi ini sangat cerah secerah raut wajah Mentari, ia berjalan menyusuri trotoar jalan untuk menuju ke sekolahannya. Ia memilih untuk jalan kaki dari pada naik motor, katanya jalan kaki itu salah satu tindakan mengurangi polusi di Indonesia, maklum anak IPA kebanyakan pencinta lingkungan, tapi anak IPS juga tak kalah, kok.

Akhirnya ia sampai di depan gerbang sekolahanya, ia melihat Viona sedang memarkirkan motor, memang parkiran motor dekat dengan gerbang, jadi Mentari bisa melihat Viona dari arah gerbang. Ia langsung berlari menghampiri Viona yang sekarang sedang berjalan menuju aula.

"Woy my sisterkuu, aku kangen kamu, apa kabar seorang mantan dari Abang Naufal?" ucapnya sambil mengageti Viona dan menepuk pundak Viona dari belakang.

"Apaan sih Ya Allah, Mentari. Baru tadi pagi gue pulang dari rumah lo, sekarang baru jam 7 dan tadi pagi gue pulang dari rumah lo sekitar jam 5 dan baru dua jam gue nggak ketemu lo, lo udah kangen sama gue? Segitu baget ya gue ngebuat lo kangen, emang gue anaknya ngangenin apalagi muka gue cantik imut-imut dan semua orang selalu kangen gue," oceh Viona seperti burung kelaparan.

"Allahhuakbar, eh Ya Allah lo benaran temen gue Vi? Sumpah gue nggak nyangka gue punya sahabat gila dan cerewet kaya lo,
dan tolong ya sadar diri katanya cantik kok masih jomblo," ucap Mentari sambil mengejek.

"Tolong ya mbaknya ngaca dong lo juga jomblo bego, jomblo ngomong jomblo, ngak malu tuh sama rumput-rumput yang bergoyang,"sindir Viona tak kalah nyinyir.

" Gue em..."

"Kalian nggak denger bel masuk tadi? udah masuk ngapain masih bawa tas sama masih di luar kelas, masuk kelas sekarang!" sebelum ucapan Mentari selesai Bu Rita sudah memarahi mereka dengan suara cemprengnya.

"Masih otw buk, maklum kita kan anaknya santai kaya lagunya Bang Roma Irama, ssaanntaiii,"ucap Mentari sambil bernyanyi ala Roma Irama.

"Sudah-sudah, kalian masuk ke kelas sekarang, sebelum saya malah menyuruh kalian memungut sampah satu sekolahan,"ancam Bu Rita dengan tatapan membunuhnya.

"Iya, Bu, iya, ampun, Bu," ucap viona sambil menganggat jari telunjuk dan jari tengahnya hingga membentuk huruf V.

🍒🍒🍒

Surya sudah duduk manis di bangkunya, telinganya masih disibukan dengan lagu dangdut kesukaannya, dia memang lahir di Yogyakarta, besar di Jakarta , tapi lagu yang selalu ia dengarkan adalah dangdut yang liriknya bahasa Jawa, entah ia tau atau tidak artinya , tapi dia menikmati lagu tersebut.

Brak gedubrak.

Suara pintu dibanting terdengar di kelas XII MIPA2. Ternyata pelakunya adalah dua cewek cantik tapi sedikit gila, mereka masih berdiri di ambang pintu dengan wajah ngos-ngosan dan ketakutan entah apa yang membuat mereka ketakutan.

"Gila lo malah ngajak tuh guru berantem, guru kiler kaya gitu lo ajak bercanda, yang ada lo yang kena makan," omel Viona yang terdengar dari ambang pintu sampai tempat duduk Surya.

"Yah habisnya mood gue lagi bagus. Kalo mood gue jelek pasti dah gue makan tuh guru," ucap Mentari yang dari tadi deperhatikan oleh Surya dari bangkunya, gadis yang memakai rok abu-abu selutut dengan baju SMA dan memakai tas ransel hitam, bersepatu dominan hitam dengan rambut di kucir kuda terlihat sangat cantik di mata Surya.

"Woi, lo berdua, kalo ngomel tuh nggak usah di pintu, pamali tau nggak?" omel Bobby si ketua kelas.

"Biarin lah, pintunya aja ngak marah kok, iya nggak Vi?" bentak Mentari dengan tatapan angkuhnya.

About Meet (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang