"Bintang dulu punya temen namanya Gibran. Gibran Al-Gifrani Wijaya. Mereka satu kelas waktu SMP kelas 1. Mereka juga satu club ekskul Musik dulu. Mereka dulu pasangan duet yang paling disukai oleh semua anak SMP. Bintang jago dalam piano,biola,dan gitar sedangkan Gibran jago di gitar,piano dan suara dia begitu bangus. Setiap ada perlombaan mereka yang selalu diajukan untuk mewakili sekolah. Bintang juga sejak kelas 5 SD sudah les musik setiap hari Minggu jadi nggak heran jika dia jago dalam semua alat musik termasuk suaranya juga." Mentari bercerita di depan sahabatnya dan Surya mereka masih di rooftop dari tadi.
"Kita bertiga sahabatan. Walaupun gue nggak terlalu jago di bidang musik dan gue juga nggak ikut club musik mereka, tetapi Bintang mengenalkan gue dengan teman-temannya termasuk Gibran. Karena Gibran dan Bintang sudah sering manggung bareng merekalah yang paling akrab di satu club musik itu. Setelah Bintang mengenalkan gue dengan Gibran kita bertiga sahabatan. Dan ternyata mereka sudah pacaran sebelum gue dikenalkan. Tapi walaupun mereka pacaran rasanya sama saja. Gibran selaku laki-laki di antara kami dia selalu memperlakukan kami sama. Dia juga ngajarin gue main gitar dan sering ngajak gue manggung saat ada acara sekolah. Katanya dia pengen duet sama gue kalau sama Bintang kan udah sering, tapi gue nggak mau gue nggak pd karena gue baru aja bisa main gitar. Sampai dia rela ngasih gitar kesayangannya demi bujuk gue manggung bareng. Bintang enggak cemburu sama sekali. Dia malah mendukung gue untuk manggung sama Gibran. Sampai di tanggal acara, akhirnya gue manggung duet dengan Gibran." Mentari berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya. "Dan foto yang lo lihat di hp gue itu diambil saat itu. Gibran berada di tenggah merangkul gue dan Bintang. Bintang dulu anaknya baik,ramah,ceria,cerewet. Sebelum kejadian naas itu terjadi. Dan setelahnya dia menjadi pemarah,emosian,dingin,kasar seperti sekarang," jelas Mentari dengan susah payah menahan air matanya agar tidak tumpah lagi.
"Tar, jangan dipaksain!" lembut Surya sambil menatap gadisnya iba.
"Gue kuat, Sur. Gue akan cerita semuanya biar beban gue sedikit berkurang," elak Mentari.
"Sampai di kelas 9. Saat itu sudah pengumuman kelulusan. Di acara perpisahan tepatnya,"
Flashback on.
"Kak Mentari. Aku rasanya bahagia banget. Udah mau masuk SMA udah enggak putih biru lagi tapi putih abu-abu," girang Bintang di aula sekolahan yang sudah ramai karena sebentar lagi ada acara perpisahan kelas 9.
"Kakak juga seneng banget, Tang. Eh, tapi kok Gibran belum dateng ya?" ucap Mentari sambil celingak-celinguk mencari keberadaan sahabatnya itu.
"Mungkin dia lagi siap-siap, Kak. Kan sebentar lagi dia manggung," jawab adiknya.
Mentari menganggukkan kepalanya pertanda mengerti, "ayo kita kesana. Nanti tempat duduknya penuh sama orang tua murid. Kamu juga pasti sudah tidak sabar melihat penampilan Gibran. Dia pasti akan menyanyikan lagu romantis untukmu," ajak Mentari yang langsung menarik tangan adiknya yang pipinya sudah memanas mendekati tempat duduk di depan panggung.
Satu jam berlalu setelah acara sambutan-sambutan dan penampilan dari teman-teman maupun adik kelasnya. Akhirnya Gibran tampil. Dia mengenakan celana crem dengan jas crem juga. Dipadukan dengan kemeja putih dan dasi berwarna merah maroon. Warnanya sama seperti yang dipakai Mentari dan Bintang karena mereka memang yang memesan baju dengan warna sama. Mentari dan Bintang sama-sama memakai dres berbahan burklat berwarna crem dengan tali yang diikatkan di pinggang berwarna merah maroon. Sebelum manggung mereka juga sudah berfoto bersama..
Gibran menyanyikan lagu milik Adera berjudul Bahagia Bersamamu. Mendengar lagu itu dinyanyikan oleh sang kekasih pipi Bintang merekah sampai di ujung lagu. Ia sangat bahagia
"Lihat, pacarmu itu sangat romantis," goda Mentari mencolek dagu adiknya.
Bintang semakin dibuat terbang oleh keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Meet (COMPLETED)
Teen FictionPertemuan bukan awal dari perpisahan, namun kamu saja yang belum mengikhlaskan perpisahan itu. Jangan salahkan pertemuan jika kau kehilangan, karna pertemuan dan perpisahan adalah sebuah takdir, lantas jangan melawan takdir karena sejatinya takdir...