"Surya pamit, Mi. Doain Surya bisa menemukan Mentari." pamit Surya sambil mencium tangan kanan Maminya.
Miranda mengangguk dan tersenyum pada anak tunggalnya seraya mengelus pelan kepala Surya, "doa Mami terus mengalir, Nak. Hati-hati dan jaga diri di negara orang. Semoga kamu bisa membawa pulang Mentari lagi. Buktikan kalau kamu memang sangat mencintainya," balas Miranda dan menarik Surya ke pelukan.
"Makasih, Mi. Surya selalu jaga diri."
"Pi, Surya minta doanya buat bisa menemukan Mentari," pamitnya kepada sang ayah.
"Doa Papi selalu menyertaimu, Sur. Bawa pulang cintamu jika dia belum menemukan pengganti. Jika sudah, ikhlaskan karena itu kesalahanmu kenapa dulu meninggalkan,"
"Surya menyesal, Pi. Jika Mentari masih sendiri secepat mungkin Surya akan meyakinkan dia," lirihnya dan menghambur ke pelukan Dani.
"Berangkatlah. Doa Papi selalu menyertaimu." setelah ucapan itu, Surya menarik kopernya menuju mobil yang sudah siap membawanya ke bandara. Lelaki itu memakai sepatu converse abu-abu dengan baret putih dan celana jeans hitam dipadukan dengan kemeja berlengan pendek berwarna biru dongker dilapisi jaket parasit senada dengan kemejanya. Dalam hati ia berdoa semoga Mentari masih menetap di sana dan masih sendiri tentunya. Harapan terbesarnya saat ini hanya itu. Ia tidak bisa membayangkan jika Mentari sudah memiliki pacar atau bahkan sudah berkeluarga di sana. Bagaimana ia harus bertahan hidup jika alasan hidupnya sudah pergi dan melupakannya. Setelah duduk di jok mobil, Surya segera memasang earphone dan memutar lagu "Hanya Rindu". Lagu itu serasa mewakili perasaanya saat ini, saat sangat jauh dari apa yang ia rindukan. Dan kata siapa cowok tidak bisa menangis? Buktinya Surya bisa menitikkan air matanya ketika mengingat kejadian bahagia bersama Mentari 8 tahun dulu.
🍒🍒🍒
Suasana kota New York saat malam hari sangat ramai apalagi di bandara, banyak oranh berlalu-lalang di sana. Mentari kini sedang mengantar Alfert di bandara karena dia akan terbang ke negara asalnya yaitu di Inggris.
"Shai, aku akan merindukanmu," lirih Alfert ketika berdiri.
"Aku juga, Al. Kau tetap teman baikku. Jangan lupakan aku ya. Kita pernah berjuang buat skripsi bersama," canda Mentari yang membuat Alfert sedikit tertawa.
"Kau ini malah bercanda. Aku ini serius, aku belum siap berpisah benua dengan teman wanita terbaikku yang pernah aku sayang walaupun sekarang juga masih,"
"Sudah tak usah bahas itu lagi. Kau sudah akan menikah dengan gadis pilihan orang tuamu, pasti dia lebih baik dariku. Karena di agamaku menyebutkan kalau orang baik pasti akan bertemu orang baik. Karena kau orang baik, aku yakin kau akan bersama orang baik juga," jelas Mentari meyakinkan dan kemudian ia melihat orang yang sangat ia kenali sedang menyeret koper dan bermain HP. Orang itu seperti Surya, mantan kekasih yang menyakitinya 8 tahun lalu.
"Hey! Shai, apa yang kau lihat?" tanya Alfert sambil melambaikan tangan ke arah wajah Mentari yang sedang melamun.
"Eh, itu aku melihat seseorang yang sepertinya aku kenal, tapi mungkin hanya kebetulan. Sudah sana berangkat, pesawatmu sebentar lagi akan terbang!"
"Jangan lupakan aku adik kecil. Mulai sekarang aku anggap kau sebagai adikku, Shai."
🍒🍒🍒
Sepulang kerja, Mentari membersihkan diri dan mengambil gitar kenangan dari Gibran yang diberikan kepada Mentari 13 tahun lalu. Ia memetik senar dan mengeluarkan nada yang mengiringi lagunya. Sambil bernyanyi ia menatap bingkai foto yang berisikan foto lama karena tintanya sedikit pudar. Dalam foto tersebut terdapat sepasang kekasih sedang tertawa bahagia menggunakan seragam SMA Nusa Pelita dulu. Surya yang merangkul Mentari sedangkan Mentari menyenderkan kepalanya di bahu sang kekasihnya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Meet (COMPLETED)
Fiksi RemajaPertemuan bukan awal dari perpisahan, namun kamu saja yang belum mengikhlaskan perpisahan itu. Jangan salahkan pertemuan jika kau kehilangan, karna pertemuan dan perpisahan adalah sebuah takdir, lantas jangan melawan takdir karena sejatinya takdir...