"Rai, ayolah anter gue pulang!" rengek Mentari sambil menarik-narik baju yang dikenakan Raina.
Raina berhenti berjalan karena capek telinganya pengang mendengar rengekan manja sahabatnya, "Mentari, cewek cantik,imut,mancung gue sekarang ada jadwal latihan taekwondo jadi maaf banget nggak bisa anter lo pulang," jawab Raina yang mulai berjalan lagi.
Mentari mengikuti lagi, "gue pulang sama siapa? Jalan kaki? Ini udah sore, Rai. Di depan pasti banyak preman nongkrong di warung itu gue takut, satu-satunya tumpangan ya elo. Nih ya, Bella lagi jalan sama Rafael, Viona lagi PDKTan sama Nopal, Surya lagi berunding sama gengnya. Dan satu-satunya harapan cuma lo, Rai."
Raina menghela nafas panjang, "lo sekarang ke kantin aja, Tar. Surya disana tadi gue denger dia telfonan manggil nama Ben-Ben gitu, nggak tau siapa itu," jelas Raiana sambil membenarkan letak tasnya.
Mata Mentari membulat, "Beno? Itu kan anak SMK sebelah kenapa bisa masuk sekolah kita kalo dia bener-bener di kantin?" tanya Mentari bingung.
Raina memutar bola matanya kembali, "masalah bisa masuk tuh gampang, Tar. Sekarang udah jam pulang sekolah satpam pasti lagi ngebantu anak-anak nyebrang jalan di depan dan mereka sahabatnya Surya, kaya nggak tau pacar lo aja, dia pentolan sekolah walaupun nggak ganteng-ganteng amat, cepet susul pacar lo di kantin lantai dua palingan disitu kan jam 5 baru tutup, cepet samperin nanti keburu diembat Malaria," canda Raina sambil berjalan meninggalkan Mentari yang masih menekuk wajahnya. Dan akhirnya Mentari berjalan menuruni tangga menuju kantin lantai 2.
Sepanjang jalan ia hanya menggerutu sambil menghentak-hentakkan kakinya karena kesal.
"Punya sahabat sibuk sendiri, punya pacar suka ilang-ilangan. Pacaran aja sono sama motornya, perasaan motor mulu yang diurus," gerutu Mentari sambil menyusuri koridor kelas 11 agar dia bisa menuju ke kantin.
Sesampainya di kantin, Mentari melihat segerombol anak laki-laki sedang ngobrol dan tiga diantar 6 laki-laki itu adalah murid luar, yang ia tahu hanya satu, yaitu Aldi. Cowok itu memakai seragam putih abu-abu tanpa menggunakan dasi, dan sisanya entah siapa itu. Memakai seragam berbeda dari Aldi, Surya, Haikal maupun Satya. Mentari mengenali betul itu seragam SMK Bakti Negara 09. Benar kata Raina teman-teman Surya dari luar sekolah ikut ke sini.
Mentari memilih duduk di kursi yang dibelakangi oleh mereka agar tidak ketahuan jika sedang menguping.
"Kalo bisa, gue udah serahin Vale aja. Tapi si hewan purba tuh nggak mau, apaan coba nggak laki amat perjanjian udah kaya gitu kok kalah nggak terima." terdengar suara kesal dari Surya sambil memakan cemilan di depannya.
Aldi menyahut kalimat Surya tadi, "gini ya, bang. Lo dektin Vale lagi cuma mau gantiin taruhannya? Karena lo nggak mau ngelepas Mentari ataupun si Adera?" tanya Aldi.
"Ha? Vale? Gue? Adera? Taruhan? Surya mau nyerahin Vale buat barang taruhan? Jahat amat pacar gue," batin Mentari, "siapa Adera?" lanjutnya dalam hati.
"Gini yah Sur. Emang si Dino itu nggak mau kalo cuma dikasih mobilnya balik tanpa meminta Mentari maupun Adera? Gue tau lo sayang sama dua-duanya." kali ini anak luar sekolah itu yang berbicara entah siapa namanya.
"Gimana kalo adu fisik aja, setelah balapan. Kalo surya menang semua 2-0 artinya cuma balikin mobil aja, kalo satu sama lo serahin Adera aja, Sur," saran dari teman yang satunya.
Mata Surya langsung melotot seperti ingin keluar saja, "Ben. Gila lo, enggak kalo gue kalah gimana? Lo tau kan kalo Dragons balls itu licik," tolak Surya kepada temannya yang ia sebut Ben tadi. Sepertinya ini anak yang namanya Beno, "lo tau kan gue perjuangin Adera dari kelas 9 SMP sampe sekarang gue sayang banget sama dia, main serah-serahin aja," lanjut Surya yang masih emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Meet (COMPLETED)
Novela JuvenilPertemuan bukan awal dari perpisahan, namun kamu saja yang belum mengikhlaskan perpisahan itu. Jangan salahkan pertemuan jika kau kehilangan, karna pertemuan dan perpisahan adalah sebuah takdir, lantas jangan melawan takdir karena sejatinya takdir...