37. Penenang

178 9 2
                                    

Surya terus mengejar Mentari tak peduli beberapa siswa yang tertabrak olehnya. Sampai di sebuah tangga Surya baru mengerti arah Mentari akan kemana. Sudah dipastikan gadis itu akan menenangkan diri di rooftop. Ia memilih berjalan saja saat menaiki tangga karena di sana tidak ada jalan ingin kabur lagi. Setelah sampai di tangga akhir Surya dapat melihat Mentari yang sedang berdiri di tepi gedung tiga lantai. Rambutnya yang panjang sedikit terbang karena kencangnya angin yang berhembus. Dari belakang sudah terlihat jika dia masih menangis buktinya punggungnya bergetar. Surya berjalan mendekatinya tapi dia tidak menghiraukan.

"Tar!" panggil Surya dengan suara selembut-lembutnya.

"Pergi!" jeritnya ketika menyadari Surya berada di sana.

"Tar! Gue mau nemen.." - "PERGI!" jeritnya lagi sebelum Surya menyelesaikan kalimatnya.

"Lo apa-apaan sih, Tar? Gue cuma mau nemenin lo!" jelas Surya keras.

"Lo nggak denger perintah gue? Pergi Surya! Pergi!" suruhnya lagi tapi tak dihiraukan oleh Surya.

"Nggak! Sebelum lo ngijinin gue nemenin, gue nggak akan pergi!" timpal Surya yang masih kekeuh.

"Lo nggak denger kata-kata Bintang tadi? Gue ini pembunuh! Pembunuh, Surya!! Putusin gue dari pada lo malu punya pacar seorang pembunuh!" jerit Mentari yang didengar kaget oleh Surya. Apa-apaan? Putus? Mendapatkan lo nggak semudah mengerjakan soal Penjasorkes yang soalnya dari SMP sampe SMA hampir mirip-mirip terus.

"Apa? Putus? Lo nyuruh gue mutusin hubungan ini? Tar, sadar kalo lo ada masalah itu diselesaikan jangan malah menambah masalah bagi hidup lo! Lo pikir dapetin hati lo semudah ngerjain soal Penjasorkes yang tiap tahunnya soalnya hampir sama? Dapeti lo itu susah, Tar! Butuh perjuangan! Dan lo dengan mudahnya bilang kaya gitu? Masalah nggak akan selesai jika lo terus menutup diri kaya gitu! Lo anggap gue apa sih? Kalo lo nganggep gue pacar lo harusnya lo cerita bukan malah menghindar kaya gini!" tekan Surya. Dan Mentari menangis lagi, Surya tak tahan melihat gadis yang amat ia cintai itu menangis apalagi di hadapannya. Surya kemudian mendekat dan menarik Mentari dalam pelukannya. Kali ini dia tidak memberontak dia diam tidak memberontak tidak juga membalas pelukan itu. Yang dia lakukan hanya menangis dan masih menangis.

"Nangis kalo itu yang membuat lo jadi lega! Dada gue siap untuk menjadi sandaran lo, buat apa dada bidang kaya gini kalo bukan untuk melindungi orang yang disayang. Kalo udah lega lo boleh cerita, masalah tak selamanya harus disimpan sendiri, ada gunanya orang terdekat untuk mendengarkan keluh-kesah lo!" ujar Surya sambil mengelus pelan punggung Mentari.

"Makasihh," jawabnya tulus sambil membalas pelukan dari Surya dengan erat. Kali ini erat sekali seperti tidak mau dilepaskan saja



About Meet (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang