49. Lelaki satu windu

256 10 0
                                    

Gadis beramput sebahu dengan warna hitam sedikit pirang itu memejamkan matanya erat kemudian membukanya kembali menatap luar jendela yang ramai oleh mobil di jalan raya. Ia menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga karena merasa mengganggu wajahnya. Kemudian menghembuskan nafasnya kasar, letih rasanya. Setelah pulang kerja tadi ia berada di cafe ini untuk sekedar menyeruput secangkir kopi panas. Gadis 25 tahun itu tersenyum kecut mengingat kejadian 9 tahun lalu.

"Shai!" panggilan itu membuat gadis cantik yang dari tadi hanya termengung sendiri itu menoleh ke arah sang pemanggil. Matanya membelak ketika melihat lelaki tinggi berwajah Eropa yang menghampirinya.

"Alfert?" pekiknya tak percaya ketika melihat teman lamanya yang menghampiri.

"Shai! Aku cari kamu di rumah sakit tapi kata resepsionis di sana kamu sudah pulang, aku tidak tahu rumah barumu. Beruntung sekali akhirnya aku bisa bertemu denganmu di sini," jelas Alfert kepada Shai.

"Dari mana saja kamu? Setelah wisuda kau ke mana?" tanya Shai terburu-buru.

"Aku berkerja di Kanada dan sekarang menyempatkan diri untuk pergi ke New York hanya untuk bertemu denganmu. Kau tahu?" jelasnya dengan nada menyindir.

"Bohong, kau ke New York pasti mau bertemu dengan kekasihmu, 'kan?" tuduh Shai dengan mata memicing.

Alfert terkekeh,"dan kau lah gadis itu."

"Mengombal saja kau bisanya," kata Shai setengah tertawa.

"Eh, aku serius. Aku mau serius sama kamu," balas Alfert dengan mimik wajah yang berubah menjadi serius.

"Apakah jika aku bertanya dengan pertanyaan sama seperti 4 tahun lalu jawabanmu akankah masih sama?" tanya Alfert yang menatap Shai dengan tatapan memohon.

"Maksudmu?"

"Jika aku bertanya 'maukah kamu bersanding denganku?" apakah jawabanmu masih sama saat kau menjawabku di wisuda waktu itu?"

"Maksudmu kau melamarku?"

"Bisa dibilang seperti itu."

Shia menolehkan wajahnya ke arah jendela tak menjawab pertanyaan yang diberi Alfert barusan.

Lalu menatap Alfert kembali, "bukan aku menolakmu, Al. Kau tahu kan siapa pemilik kunci hatiku?" ujar Shai pelan dan berhati-hati agar tak melukai perasaan Alfert.

"Shai, tolong terima permintaan terakhirku ini. Karena mungkin lusa aku sudah berbeda benua denganmu," mohon Alfert dengan penuh belas. "Apa kau masih mencintai lelaki yang kau temui 9 tahun lalu dan lelaki yang meninggalkanmu satu windu lalu?"

"Jangan bahas dia, Al!" bentak Shai yang sudah terbawa emosi.

"Seberapa tampan lelaki yang kau maksud sampai kau tak bisa melupakannya selama satu windu ini? Dia tak mencintaimu dia mencintai orang lain mungkin sekarang dia sudah mempunyai istri sudah mempunyai anak dan berkeluarga!" jelas Alfert tak kalah emosi.

"Jangan ikut campur urusanku dengan dia! Seburuknya dia, dia adalah orang yang membawa kunci hatiku, orang yang aku cinta! Sekalipun dia sudah mempunyai keluarga sendiri lebih baik aku menjadi lajang dari pada menikah dengan orang yang tak kucintai. Jadi, maaf aku menolak cintamu untuk keempat kalinya," ujarnya yang kemudian mengambil tas yang sedari tadi ia letakkan di meja.

Menyadari Shai akan pergi Alfert kembali menarik pergelangan tangan gadis itu agar bertahan di sana bersamanya.

"Jangan pergi, aku mohon. Jika kau tak bisa kumiliki kumohon jagan pergi. Biarkan aku yang pergi dari pada aku yang kau tinggalkan!" lirihnya yang sudah berdiri di hadapan Shai. "Tolong duduk lagi, aku ingin berbicara sesuatu dan aku mohon ini secara baik-baik," mohon Alfert memelas dan akhirnya dipatuhi oleh Shai. Gadis itu duduk kembali walaupun masih belum mau membuka mulut.

About Meet (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang