10. Pertemuan dengan Bima

270 13 0
                                    

Lihat! Bulan akan hilang setelah adanya matahari,kan? Sama sepertiku, aku akan terabaikan dan digantikan oleh sang pemilik hati sesungguhnya.


Hari demi hari berlalu, angka di kalender semakin bertambah, bulan yang sangat Mentari nantikan akhirnya datang, lantas bagaimana hubungannya dengan Surya? Masih di titik yang sama tidak ada kemajuan, Mentari masih berbohong pada dirinya sendiri dan Surya.

Jahat? mungkin sangat jahat, tapi inilah satu pertahanan dari hatinya agar tidak dimiliki oleh orang lain, karena perasaanya sebenarnya masih utuh, dan hanya untuk Bima seorang ,walaupun kini telah jadi milik kembarannya. Mentari memilih memanjat meja tadi saat Surya sedang memasukan bukunya ke dalam tas.

Sore ini ada janji dengan mantan pacarnya, siapa lagi kalau bukan Bima. Bima mengajak Mentari untuk makan es krim bersama di cafe dekat sekolahan mereka. Surya terlihat bingung karena Mentari tiba-tiba lari padahal selama sebulan ini mereka sudah berangkat dan pulang sekolah bersama kecuali saat mobil dan motor Surya disita oleh papinya.

Surya berusaha mengejar, tapi sudah tidak ditemukan jejak Mentari, mengingat ia adalah gadis sedikit tomboy yang mempunya bakat berlari cepat.

Sedangkan Mentari sudah berjalan di trotoar untuk menuju cafe yang dimaksud Bima, oh bukan berjalan tepatnya berlari untuk menghindar dari kejaran Surya. Beberapa menit kemudian ia sampai di cafe itu, ia mulai mencari meja yang diduduki Bima.

Kemudian ia melihat cowok berelana kotak kotak hitam abu-abu, berbaju putih, berdasi senada dengan celananya, dengan memakai rompi hitam. Sudah ia tebak itu pasti Bima, karena di Nusa Pelita seragam untuk Rabu untuk putra sama yang dipakai Bima saat ini, Sedangkan untuk putri seragamnya dengan rok wiru bermotif kotak kotak berwarna hitam abu abu, berdasi sama dengan rok, berbaju putih dan berrompi hitam.

Mentari segera berjalan menuju tempat dimana Bima duduk sekarang.

"Bima!" panggil Mentari ketika sudah didepannya.

"Eh, hay apa kabar?" tanya Bima sambil menyuruh Mentari duduk di depannya.

"Kabar baik, bagaimana dengan kamu, eh maksudnya elo?" ucap Mentari sedikit gugup.

"Nggak usah pake lo-gue, aku lebih suka dipanggil seperti dulu," jelas Bima yang diangguki oleh Mentari, "emm kamu mau pesen apa? Soalnya aku belum pesen, nih?" tanya Bima.

"Ehh, aku lama ya tadi, maaf, soalnya tadi Bu Rita nggak keluar-keluar," ucap Mentari merasa bersalah karena membuat Bima menunggu.

"Nggak pa pa. Tadi aku baru lima menit sampai sini dan kamu datang. yaudah mau pesen apa?, biar aku panggilin pelayannya," ucap Bima kemudian menganggkat tangannya, dan beberapa saat kemudian pelayan dengan seragam cafe tersebut datang membawa buku berisi menu.

"Saya pesen es crem coklat strowbery vanila satu mbak, kamu mau yang apa Tar?" tanya Bima sangat lembut pada Mentari.

"Sama aja," jawabnya singkat yang masih dipenuhi grogi.

Setelah mencatat pesanan pesanan mereka , pelayan itu pergi.

"Katanya kamu lagi dekat sama Surya itu ya, Tar?" tanya Bima yang membuat Mentari melotot seketika.

"Ha enggak,kamu dapat gosip dari mana kalau aku dekat sama Surya, jangan dengerin gosip itu," Jawab mentari mencoba mengelak.

"Hehehe, maaf kalo salah, habisnya udah lama kan kamu pulang berangkat sekolah barenga sama Surya?"

"Iya, emang kita sering bareng, tapi nggak deket, kok."

Dan sama seperti pertemuan pertemuan yang lalu, Bima mengajak Mentari berbicara, sedangkan Mentari hanya mencajawab apa yang perlu ia jawab, tidak seperti Mentari saat bersama Surya yang selalu blak- blakan menceritakan kesehariannya.

About Meet (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang