26. Peringkat 1?

215 11 0
                                    

Hari pembagian raport telah tiba, jatuh di hari Sabtu. Entah mengapa tahun ini pembagian raport dilaksanakan pada Pagi hari, biasanya juga sore. Bukannya senang karena nilai akan segera dibagi dan akan segera liburan, tapi malah menegangkan bagi Mentari. Ia tak bisa memastikan jika dia akan masuk kedalam 3 besar di kelasnya, melihat bagaimana saingan-saingannya. Viona, sang pemilik setifikat peringkat 1 pararel 2 tahun berturut-turut. Raina, sang pamilik sertifikat peringkat 3 dan 2 pararel. Kaisan alias Ucup, ia juara lomba OSN Biologi tingkat Nasional, dan satu lagi, Dovendra, juara debat Bahasa Inggris tingkat Nasional 2 tahun berturut-turut. Sedangkan dirinya, iya dia memang pintar dalam bidang Fisika dan temuan-temuannya sehingga ia pernah sampai tingkat Asia untuk mengikuti lomba karya ilmiah yang diadakan di Singapura. Dan pernah menjuarai OSN Fisika tingkat Nasional, tetapi ia sering kali menyepelekan belajarnya.

Bukan sang Mama ataupun Papanya yang mengambil buku berisi angka itu, melainkan Mbok Asih, Elisa dan Fandi hanya akan mengambil raport milik Bintang saja, tak masalah bagi Mentari. Mereka berdua memutuskan untuk naik angkot menuju sekolah elit dan megah itu, Mentari tak malu sama sekali berjalan dengan seorang ART dengan baju sederhananya. Ia malah senang bisa berjalan-jalan bersama Mbok Asih mengelilingi sekolahannya dengan orang yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri. Sekarang mereka sudah ada di lantai 2 tepatnya di depan lapangan indor yang biasa digunakan untuk latihan karate. Setelah sampai di tangga Mentari berpapasan dengan gadis berambut pendek bermuka blasteran dan yang satu gadis dengan rambut sebahu dengan mata bulatnya, Mentari mengenal persis dua anak itu, mereka adalah sahabat Bintang Abika dan Yeolla. Keduanya menatap tajam kearah Mentari.

"Ohh, ini anak yang ngak dianggap sama keluarganya itu ya," sindir Bika dengan mulut pedasnya.

"Iya Bik, ambil raport aja pembantunya yang disuruh, orang tuanya pasti malu punya anak kaya dia," balas Yeolla, sedangkan Mentari tak menghiraukan ocehan-ocehan receh dari kedua gadis itu. Ia memilih melanjutkan berjalan menaiki tangga menuju lantai tiga, dimana kelasnya berada, tak lupa menggandeng tangan Mbok Asih dengan erat.

"Non?" panggil Mbok Asih pada anak majikannya.

"Iya Mbok, Mentari nggak papa kok, Mentari udah biasa kaya gitu. Lagian kan Mbok Asih udah kaya ibunya Mentari. Gak usah didengerin omongan mereka, selagi mereka ngak ngasih makan kita ngak usah didengerin, anggep aja itu suara semut," canda Mentari sambil sesekali cekikikan.

"Non, emang kuat. Mbok yakin Non Mentari bisa ngehadapin ini semua, dan Mbok yakin Non Mentari bisa jadi orang sukses," batin Mbok Asih.

"Udah sampai, ini kelasnya Mentari, Mbok. Masuk aja langsung duduk ya, doain nilai Mentari bagus,"

"Iya, Non, aminn,"

"Mentari turun dulu ya, mau cari wifi, di depan perpustakaan lantai satu ya, Mbok kalo mau cari. Kalo ngak tau tanya aja sama anak-anak sini perpustakaan lantai satu gitu. Pasti mereka tahu," pamit Mentari yang hanya diangguki oleh Mbok Asih.

🍒🍒🍒

Mentari sedang duduk dibawah pohon pinggir lapangan, tepatnya didepan perpustakaan. Ia memakai earphone mendengarkan entah lagu apa sehingga ia bisa asik didunianya sendiri tanpa memperhatikan tatapan adik kelas ataupun teman seangkatannya yang menatap heran kearah gadis yang sering dijuluki "Toa" tersebut. Ditemani musik dan es jeruk cup yang berada di tangan kanannya, Mentari sibuk memandang benda pipih berwarna silver itu, entah apa yang ia lihat, tapi akhir-akhir ini gadis toa itu suka sekali membaca quotes yang ada di aplikasi instagram.

"Non," panggil seseorang yang menyadarkannya dari dunia mayanya

"Eh, udah Mbok?" tanya Mentari saat melihat wanita paruh baya menghampirinya sambil membawa buku besar yang isinya angka.

About Meet (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang