Keadaan Bandara Soekarno Hatta ramai dengan orang-orang, entah itu ingin bepergian atau sudah sampai di Indonesia. Suasananya berbeda dengan 8 tahun lalu Mentari ke sini untuk pergi ke New York. Ia menyeret dua koper besar dan membawa tas kecil berisi uang dan benda-benda penting. Sedangkan Surya, ia membawa dua koper besar kepunyaan Mentari dan yang satu miliknya sendiri tak lupa dua tas besar berada di atas ditalikan di koper itu dan satu lagi ia mengendong tas berisi gitar milik Mentari, walaupun terlihat kesusahan ia tetap sabar dan senang karena gadis yang ia cintai akhirnya pulang kembali ke negara aslinya, Indonesia.
"Tar, cari aja mobil putih punya gue, mobil yang sering gue bawa dulu. Sopir udah nunggu katanya," tutur Surya sambil meringis karena membawa terlalu banyak barang.
"Bukan mobil taruhan lagi, 'kan?" celetuk Mentari dengan sedikit gurauan.
"Lo ini, masih inget aja kejadian dulu."
Mentari terkekeh pelan, "karena gue enggak amnesia jadi inget, lah!"
"Semoga masih ingat cinta kita," canda Surya sambil menyindir.
"Buat apa? Bikin sakit doang," balasnya yang membuat Surya kicep.
🍒🍒🍒
Suasana rumah masih sangat asri. Halaman yang ditumbuhi rumput jepang dan pohon-pohon yang membuat rumah itu terkesan sejuk. Masih bercat abu-abu tapi terlihat sangat sepi. Pintu utama juga tertutup terlihat sepi seperti tidak ada penghuni.
"Masuk aja, mama lo di rumah terus yang kerja kan Bintang," ucap Surya yang sedang menurunkan barang-barang dari bagasi.
Gadis berambut sebahu itu berjalan dan menghadap ke depan pintu yang disusul oleh Surya yang membawa koper.
"Asalamualaikum,"
Tok tok tok.
"Waalaikum salam. Sebentar," teriaknya dari dalam sepertinya itu Elisa.
Cklek
"Iya, cari sia..." ucapan Elisa terpotong melihat anak gadis yang ia rinduka akhirnya berada di depan matanya.
"Mama," lirih Mentari dengan mata berkaca-kaca.
"Mentari ini benar kamu, Nak?"
Mentari mengangguk dan berhambur di pelukan sang ibu sambil terisak. Keduanya sama-sama menangis bahagia karena sekian lamanya berpisah mereka akhirnya bertemu.
"Maafin Mentari, Ma," isak gadis itu di pelukan sang ibu.
"Maafin Mama sayang. Maafin Mama."
"Mentari rindu Mama, Papa dan Bintang."
"Mama juga rindu sama kamu," isak Elisa yang belum mau melepaskan pelukan dari sang anak.
"Eyang!" suara anak kecil membuat Mentari menoleh. Terlihat gadis kecil yang masih menggunakan seragam merah putih dengan kuncir dua di rambutnya sedang berada di belakang Mamanya.
Mentari melepas pelukan dari sang mama, "siapa, Ma?" tanya Mentari bingung.
"Melody? Sini nak! Kenalin ini tante Mentari," ucap Elisa memperkenalkan Melody kepada Mentari.
"Ayo kita ngobrol di dalam. Ayo Surya juga ikut, yuk!" ajak Elisa yang sudah berjalan menggendong Melody.
Sesampainya di ruang tengah Mentari kaget. Barang-barang mewahnya dulu sudah tidak ada di tempatnya sekarang hanya tinggal sofa dan meja tempat TV.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Meet (COMPLETED)
Teen FictionPertemuan bukan awal dari perpisahan, namun kamu saja yang belum mengikhlaskan perpisahan itu. Jangan salahkan pertemuan jika kau kehilangan, karna pertemuan dan perpisahan adalah sebuah takdir, lantas jangan melawan takdir karena sejatinya takdir...