"Kak Mentari. Tungguin Lovi!" teriak gadis kecil sambil berlari dengan kucir dua yang goyang karena kencangnya dia berlari mengejar sang kakak.
Lovania Berlian Dermawan gadis kecil berumur 5 tahun yang sering dipanggil Lovi oleh keluarganya maupun temannya.
"Lovi! Jangan lari nanti kamu jatuh!" teriak Bintang yang ada di belakangnya.
Lovi tak menghiraukan teriakan Bintang yang memperingatinya. Sikecil itu masih berlari mengejar Mentari yang sudah jauh di depannya.
Buugghhh
"Aduh," rintih Lovi yang sudah tersungkur di jalan beraspal atau jalanan kompleks perumahan mereka.
Bintang yang melihat adiknya tersungkur dan kesakitan langsung menghampiri.
"Kan udah kakak bilang, Lovi! Jangan lari nanti jatuh. Sekarang jatuh, kan?" kesal Bintang sambil membantu adiknya duduk.
Mentari berbalik badan dan melihat kedua adiknya sedang duduk di jalanan dengan Lovi yang sudah menangis memegangi lututnya yang berdarah. Sesegera Mentari langsung berlari menghampiri mereka berdua.
"Bintang!" teriaknya dengan marah, "kok Lovi bisa jatuh? Kamu itu disuruh jaga malah buat adik kamu sendiri terluka. Mama pasti marahin kita dan ini gara-gara kamu!" kesal Mentari dengan menatap Bintang penuh benci.
Bintang berbalik menatap kakaknya dengan mata memicing.
"Salah aku, kak? Kakak bilang ini semua salah aku? Dari tadi Lovi ngejar kakak tapi kakak nggak berhenti lari sampe dia kesandung dan jatuh," jelas Bintang marah juga ."Ohh, kamu salahin kakak? Kamu tuh adik kakak, Bintang! Nggak pantes jika kamu melawan kakak kamu! Mau jadi adik durhaka kamu?" tanya Mentari dengan nada menantang, "Lovi, ayo kita pulang nggak usah temenan sama anak kaya dia!" ajak Mentari pada Bintang sambil menatap kembarannya penuh Benci.
Sesampainya di rumah Mentari langsung mengambil kotak obat yang ada di dalam lemari ruang tengah. Dengan hati-hati ia mengobati luka di lutut adiknya. Kemudian mamanya datang dengan papanya dari pintu utama, mereka sudah pulang kerja sepertinya karena hari juga sudah sore. Mereka berdua dikejutkan oleh pemandangan dimana anak bungsu kesayangannya terluka di bagian lutut
"Mentarii! Apa yang terjadi dengan adikmu?" kaget Elisa yang langsung menghampiri anaknya.
"Lovi jatuh, Ma. Saat bermain dengan Bintang tadi," adu Mentari berbohong padahal Lovi jatuh karena mengejarnya , "Bintang tidak becus mejaga Lovi," ucapnya sambil melirik Bintang tajam.
Mamanya langsung menatap Bintang waktu itu juga, menatap penuh benci tepatnya.
"Bintang!!" geram Elisa, "kamu lagi-kamu lagi! Nggak capek kamu bikin gara-gara di rumah ini?" marah Elisa sambil mencubit kasar lengan anaknya.
"Ampun, Ma. Bintang enggak sengaja," rintih Bintang sambil meminta ampun pada mamanya.
"Enggak sengaja? Itu terus yag jadi alasan. Sekarang pergi ke dapur pel semua ruangan di lantai bawah!" bentak mamanya dan Bintang langsung berlari sambil menangis.
Melihat anak keduanya sudah melaksanakan perintahnya, Elisa sekarang menyuruh Mentari.
"Mentari, sekarang kamu ikuti adik kamu, awasi dia jangan sampai dia kabur biar Mama yang obati luka Lovi," suruh mamanya kepada Mentari yang langsung dilaksanankan oleh anak sulungnya.
Mentari menyudahi ceritanya dengan air mata yang masih membanjiri pipinya. Ia bercerita dengan ketiga temannya dan Surya.
"Gue adalah kakak yang paling jahat di dunia ini. Kalau kalian risih atau ilfiel sama gue, lo semua boleh jauhin gue," isak Mentari sambil menatap ke bawah dan memain kan jari-jari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Meet (COMPLETED)
Teen FictionPertemuan bukan awal dari perpisahan, namun kamu saja yang belum mengikhlaskan perpisahan itu. Jangan salahkan pertemuan jika kau kehilangan, karna pertemuan dan perpisahan adalah sebuah takdir, lantas jangan melawan takdir karena sejatinya takdir...