36. Perkelahian kakak beradik

192 9 1
                                    

Ujian praktek telah tiba, di mana ujian yang menurut siswa paling sulit, karena siswa harus belajar dangan sungguh-sungguh untuk memahami agar nilai praktiknya mendapat A. Di Nusa Pelita memang lain dari yang lain. Ujian diadakan semeriah mungkin seperti pesta saja. Kelas Mentari sekarang hanya mendapat jadwal praktek satu pelajaran saja, yaitu Bahasa Inggris. Karna namanya berawal dari abjad M maka ia mendapat waktu ujian sesi ke-2 yang sudah selesai sepuluh menit yang lalu. Ia sengaja untuk berkeliling ke ruang ujian lainnya salah satunya di ruang ujian Bahasa Indonesia yang sedang di bagian puisi. Saat itu Bintang yang sedang tampil di depan dan di tonton oleh siswa yang ada di dalam kelas dan juga di luar kelas yang sedang mengintip seperti Mentari. Dengan jelas ia bisa mendengar apa yang tengah dibacakan oleh Bintang. Ia seperti sudah pernah mendengar puisi ini, tapi bukankah dalam ujian ini puisinya harus karya sendiri? Yang belum pernah terpublikasi dimanapun? Setelah Bintang selesai membacakannya Mentari baru sadar jika puisi ini adalah puisi ciptaannya, puisi yang ia buat saat ia mendengar kata-kata bijak dari Surya tentang pertemuan itu. Dan puisi yang akan ia tampilkan di ujian praktek ini, tapi mengapa puisi itu bisa Bintang bacakan di ujiannya, otomatis ia harus membuat lagi puisi untuk ujiannya sedangkan ujian bahasa indonesia di kelasnya dilaksanakan besok, apakah Mentari bisa membuat puisi dalam waktu secepat itu sedangkan dia bukan anak yang pandai dalam menciptakan puisi, paling-paling dia jago untuk membuat sebuah cerpen, tapi ini puisi, karya sastra yang sangat ia hindari karena ia miskin kata-kata yang bermajas.

Ia memutuskan untuk menunggu Bintang keluar dari ruangan dan meminta penjelasan dari mana ia bisa mendapatkan naskah puisi yang Mentari buat, jika ia langsung masuk tanpa izin ia malah bisa dikasih nilai C oleh Bu Desi karena tak sopan.

Setelah sekitar 10 menitan akhirnya siswa dalam ruangan itu berhamburan keluar dengan nafas lega karena telah menyelesaikan ujian bahasa Indonesia dengan lancar. Mentari clingak-clinguk mencari keberadaan Bintang. Setelah ia melihat Bintang yang sedang duduk dan bermain ponsel di kursi koridor ia langsung berjalan dengan tergesa-gesa dan menarik lengan adik kembarnya itu.

"Ikut gue!" perintahnya dengan nada dingin.

Bintang yang tak terima karena diperlakukan kasar oleh kakaknya tentu saja memberontak, ia mencoba melepaskan lengannya dari cekalan Mentari, "apa-apaan lo? Lepasin!" katanya dengan tatapannya yang tajam.

"Ikut gue. Gue mau ngomong sama lo," ketus Mentari. Bintang saja heran sendiri karena sikap Mentari yang tak biasa, karena biasanya Mentari akan takut pada tatapan Bintang dan bentakannya tapi ini malah seperti memberikan umpan sendiri.

Mentari menarik Bintang untuk ia bawa ke taman belakang yang biasanya sepi saat istirahat seperti ini tak lucu juga jika ia berdebat dengan adiknya sendiri di depan banyak orang.


Tapi masih di depan kelas XI Bahasa saja tangan Bintang sudah meronta-ronta ingin di lepaskan dari cekalan kakaknya.

"Lo apa-apaan sih, Tar!" bentak Bintang yanh sudah berhasil melepaskan diri dari cekalan Mentari.

Mentari berbalik dan menatap balik adiknya itu, "lo yang apa-apaan," sentak Mentari sedangkan Bintang malah melipat tangan di dada dengan wajah angkuh, "puisi yang barusan lo bawakan itu milik gue, kan? Lo ambil dari flashdisk yang ada di kamar gue terus lo copy, kan?" tanya Mentari dengan nada tinggi tak menghiraukan anak-anak yang melihat mereka dan mayoritas anak kelas XI karena ini berada di lantai dua.

"Kalo iya, kenapa? Masalah buat lo?" yah Bintang mah bodo amat mau dimarahi sama Mentari segalak macan pun dia nggak takut.

"Masalah? Lo bilang masalah? Tang, lo bisa nggak kalo enggak ganggu gue, itu puisi udah gue buat lama banget dan gue persiapin buat ujian ini, dan dengan mudahnya lo ambil copy paste karya orang lain untuk nilai lo! Dan lo nggak tau gimana susahnya gue bikin puisi itu dan sekarang gue harus mulai lagi buat karena puis karya gue dicuri sama kembaran gue sendiri!" tadas Mentari, sedangkan adik-adik kelas yang melihat hanya berbisik-bisik dan menatap Bintang hina karena telah mencuri milik kakaknya sendiri.

About Meet (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang