Pagi ini Mentari berjalan menuju sekolahannya dengan langkah gontai, Surya sudah mengabarinya, dia tidak bisa menjemput Mentari sekarang, Mentari memutuskan berjalan kaki karna hanya berjalan kaki 15 menit ia sudah sampai disekolahan. Ia mulai menaiki tangga menuju lantai tiga, dimana kelas 12 berada, Entah apa yang dilakukan surya tadi malam hingga semua fasilitas disita kembali oleh orang tuanya.
Mentari memasuki kelas dengan muka yang kusut, biasanya ia sangat ceria, kelas heboh seketika ketika Mentari datang, menggebrak pintu kelas yang membuat semua siswa didalam kelas kaget adalah kebiasaan Mentari. Tapi entah kenapa ia sekarang lebih memilih diam berjalan lesu menuju tempat duduknya."Bocah, ngapain pagi-pagi udah kusut gitu mukanya, lupa disetrika?" sentak Bella yang melihat kehadiran ?Mentari.
"Lo bilang pagi Bell, ini udah siang, liat noh jam udah hampir masuk," sindir Viona kepada Mentari, Mentari memang langganan berangkat siang.
"Bacot semua lo!" sentak Mentari yang berlalu meninggalkan kelas ramai itu.
"Etdah, bocah pms apa gimana?" Bingung Raina kerena kelakuan sahabatnya yang satu ini.
🍒🍒🍒
Surya tengah menatap lurus, di depannya terdapat pemandangan gedung puluhan lantai terlihat disana. Tak lupa semilir angin pagi ini menambah sejuk udara ibu kota. Ia tidak berniat masuk pelajaran saat ini, moodnya sedang hancur karena kejadian semalam. Semua fasilitasnya kembali disita, HPpun sekarang Surya tidak membawanya. Ia hanya membawa tas berisi satu buku dan pena hasil colongan. Di sakunya pun yang biasanya terdapat berratus-ratus ribu uang kini ia hanya membawa dua lembar lima ribuan untuk jaga-jaga. Penyitaan fasilitas tadi malam tidak berlangsung seperti malam-malam sebelumnya. Ada sedikit reributan yang membuat tangan seorang Dani Angkasa menampar putra semata wayangnya. Yang menyebabkan sedikit luka memar di pipi kiri surya.
Tatapannya masih lurus sebelum suara sepatu mengalihkan perhatiannya, ditolehnya ternyata terdapat gadis berambut panjang yang kucir kuda dan memakai seragam yang sama seperti dirinya sedang berdiri disampingnya dan menatap bingung kearah Surya.
"Lo ngapain ke rooftop?" Tanya Surya datar.
"Lo juga ngapain disini, bego?!" sembur Mentari yang tiba-tiba menduduki bangku di samping Surya.
"Males gue ke kelas, apa lagi sekarang pelajaran ekonomi, gue bingung deh, gue masuk IPA, tapi masih ada ekonomi? Sekolah ini memang unik," kata Surya sambil terkekeh pelan.
"Sama gue juga males," gumam Mentari singkat.
"Lo ada masalah?" Tanya Surya yang membuat Mentari menatapnya.
"Enggak sih, cuma sedikit keributan tadi malem di rumah, elo kan yang ada masalah sampai barang-barang lo disita sama bokap lo?" Tuduh Mentari.
"Ya masalah kecil yang membuat mood gue hancur besar" jawabnya acuh.
"Pipi lo kenapa? Lo berantem? Sur, udah gue bilang kalo balapan itu nggak usah pake berantem-berantem" tegas Mentari, "ke UKS ayo, biar gue obatin!" ajak Mentari.
"Nggak perlu, luka kecil kaya gini udah biasa. Kalo musuh gue yang mukul sih ngak berasa sakitnya, tapi kalo ini beda," ucapnya sambil tertawa miris.
"Kalo bukan musuh lo yang bikin bonyok terus siapa? Sahabat lo?" Tanya Mentari kesal.
"Bukan, tapi suaminya mami," jawab Surya santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Meet (COMPLETED)
Teen FictionPertemuan bukan awal dari perpisahan, namun kamu saja yang belum mengikhlaskan perpisahan itu. Jangan salahkan pertemuan jika kau kehilangan, karna pertemuan dan perpisahan adalah sebuah takdir, lantas jangan melawan takdir karena sejatinya takdir...