5. Pulang bareng

385 18 0
                                    

Pada hati yang tak menurut
Berhentilah mencintainya
Dia tidak mencintaimu.

Hari Senin mungkin hari yang paling tidak disukai oleh anak-anak sekolah, harus bangun pagi untuk menghindari kemacetan, berangkat cepat untuk menghindari keterlambatan, upacara panas-panasan di lapangan, razia rambut adalah hal yang paling ditakuti anak laki-laki,razia kaos kaki,sepatu dan make up yang paling dibenci oleh kaum wanita di SMA Nusa Pelita.

Bukan hanya itu, panas setelah upacara tak kunjung hilang, seperti apa yang dirasakan oleh Mentari sekarang, pelajaran matematika setelah upacara. Lengkap sudah penderitaannya hari Senin ini, panas karena upacara belum hilang sudah ada guru matematika masuk di kelasnya dan menerangkan materi yang sama sekali tidak masuk di otak Mentari kali ini.

Kemudian ia menoleh ke arah Viona yang sekarang duduk sedikit jauh dari tempat duduknya karena kemarin wali kelas mengacak tempat duduk dan Mentari duduk dengan manusia setengah jadi macam Surya, Viona terlihat serius mencerna kata-kata yang di keluarkan dari mulut sang guru.

Sedangkan Surya, ia juga memperhatikan ke depan, tapi bukan berarti ia memperhatikan guru, melainkan mengamati detail foto presiden beserta wakilnya yang ada di depan kelas tepatnya di atas papan tulis.

"Tar, Mentari," panggil Surya kepada Mentari yang sedang mengipas kipaskan buku kearah tubuhnya.

"Paan?" Tanya mentari acuh tak acuh.

"Lihat tuh foto Pak Presiden, 10 tahun setelah ini foto gue yang akan menggantikan foto beliau," ucap Surya yang terlihat bangga sekali.

"Indonesia punya presiden kaya lo? bukanya maju malah tambah mblesek, secara baru SMA aja udah jadi biang onar, apalagi nanti udah jadi pejabat, denger ya! Kalo lo jadi kepala RT aja kayanya satu kampung bakal ngamuk lo bareng-bareng, apa lagi kalo jadi presiden, lo bisa dibakar hidup-hidup sama penduduk," jelas Mentari yang sangat menyentuh hati Surya, dan kata katanya yang sangar jlep di hatinya.

"Enak aja, kalo gue jadi Presiden, gue jamin Indonesia bakal ngalahin negara-negara maju yang ada di Eropa,lihat aja nanti 10 tahun kemudian," ucapnya masih tetap dengan percaya diri.

"Terserah deh, minggir gue mau keluar aja ngantuk gue dengerin tuh guru ngomong mulu dari tadi," usir Mentari pada Surya.

Mentari kini duduk didekat tembok, yang jika ingin keluar dari tempat duduknya harus mengusir Surya terlebih dahulu, dan sialnya setiap Mentari ingin keluar, Surya tidak mau beranjak dari kursinya yang membuat Mentari geram.

Seperti saat ini, dia masih saja duduk tidak bergeming walau Mentari sudah mendorong tubuh laki-laki tersebut.

"Sur, minggir,gue mau keluar!" eyel Mentari yang masih mendorong tubuh Surya itu.

"Nggak, lo duduk sini aja, ngak usah bolos!" ucap Surya yang semakin membuat Mentari geram.

Mentari akhirnya mengalah, ia memilih mendengarkan musik lewat earphone yang menyumpal di kedua telinganya, tak lupa ia juga meletakkan kepalanya pada lipatan kedua tangan.

Tidur? ya dia tidur, dengan tempat duduk di pojok, yang depanya terdapat Dewi dengan badannya dapat menutupi Mentari yang sedang tidur agar tidak terlihat dari tempat guru itu berdiri.

Berharap mimpi indah, yaitu bertemu pujaan hatinya yang sekarang ada di Korea, siapa lagi kalau bukan member boyband Korea yang sangat ia dambakan ketampananya.

🍒🍒🍒

Pukul 17.00 waktu setempat, Mentari masih di sekolahan, entah apa yang membuat dia tertidur saat jam pelajaran terakhir, padahal pada jam pelajaran pertama ia sudah tidur hingga bel istirahat berbunyi, dan pada jam pelajaran terakhir ia tertidur lagi.

Memang ia patut dijuluki oleh miss pelor, dan sialnya tidak ada satu anak-pun yang membangunkannya tadi, kalau saja Pak Madi atau penjaga sekolah yang tadi bertugas mengunci pintu kelas tidak mengecek isi kelas, mungkin Mentari baru akan terbagun sehabis magrib dan terkunci di dalam kelas. Dasar ceroboh.

Sekarang ia bingung ingin pulang menggunakan apa, angkot yang melewati kompleks rumahnya mungkin sudah pulang kekediaman masing masing. Pasalnya angkot tersebut paling lambat pulang pukul 16.30, dan dia telat setegah jam, Mentari memutuskan untuk jalan kaki.

Percuma saja dia menunggu temannya dan dia numpang sampai depan kompleks, karena semua murid SMA Nusa Pelita sudah pulang ke rumah masing-masing atau sedang jalan-jalan bersama geng-gengnya, dan hanya tersisa siswa yang mengikuti ekstra saja yang tinggal di sekolahan sampai sesore ini.

Baru saja ia sampai di gerbang sekolah, deruman motor sport sudah ada dibelakangnya, Mentari menoleh dengan mata menuju tepat pada sang pemilik suara itu, sedikit kurang jelas wajah pemilik motor tersebut karena tertutu helm full face nya, pada saat itu juga sang pemilik motor membuka helm yang ia kenakan, hingga terpampang sudah wajah yang sangat Mentari kenali, dia adalah manusia setengah jadi siapa lagi kalau bukan Surya.

"Ketiduran ya, Neng?" ledek Surya yang tidak digubris oleh Mentari,sedangkan Mentari memutuskan untuk jalan dan Surya masih mengekor di belakangnya.

"Neng, jangan ditekuk gitu atuh wajahnya, nanti tambah cantik, lagian jam segini baru pulang, ya udah nggak ada angkot, Neng, kalo jalan kaki nanti kakinya jadi bengkak, loh," oceh Surya yang masih tidak digubris sedikitpun oleh Mentari.

"Kok masih diem aja sih, Neng?" goda Surya lagi

"Kenapa lo tadi ngak bangunin gue, Surya?" teriak Mentari sekencang-kencangnya yang membuat Surya sangat kaget dan menutup telinganya seketika.

"Yah, kan biar nyenyak," ucap Surya seperti tanpa dosa.

"Gara-gara lo ngak bangunin gue, gue jadi ketiduran sampe sesore ini, untung Pak Madi ngecek kelas kalo nggak gue udah kekunci di dalam kelas sendirian, dan itu gara-gara lo," amuk mentari kepada Surya.

"Ya Allah neng Mentari yang sangat cantik jelita uh lala badai halilintar, kenapa selalu abang Surya yang engkau salahkan, apa dosa abang ini yang masih suci seperti bayi yang baru lahir," oceh Surya yang tak kalah panjangnya.

"Tau ah, males gue ngomong ama manusia setengah jadi macem lo" ucap Mentari yang detik berikutnya sudah melangkah kembali.

"Bareng gue aja yuk, dari pada jalan kaki," ajak Surya yang mulai serius.

"Ogah," balas Mentari dengan nada galaknya.

"Ayo, Tar, gue takut kalo lo diganggu ama preman di depan itu," ajak Surya yang sangat lembut.

"Bodo," balas Mentari yang sangat cuek.

"Yaudah, kalo lo sampe diganggu ama preman gue ngak tanggung jawab ya?" ucap Surya sambil menyalakan motornya yang tadinya hanya ia dorong sambil mengikuti Mentari. mendengar kata itu. Mentari langsung berhenti berjalan dan menoleh ke belakang dan terlihat Surya yang sedang memakai helmnya.

"Loh, kok lo ngak tanggung jawab?" protes Mentari yang sangat kesal dibuat oleh Surya.

"Ya kan lo tadi yang katanya ngak mau bareng gue, ya kalau ngak mau ya kalo lo di ganggu ama mereka palingan besok keluar berita 'Pelecehan Terhadap Siswi SMA Nusa Pelita oleh Sekelompok Preman'," ucap Surya dengan tujuan menakut-nakuti. Tapi malah justru ditanggapi serius oleh Mentari

"Yaudah deh iya-iya, gue bareng lo aja, dari pada jadi korban," ucap Mentari yang langsung nangkring di jok belakang.

Tapi Surya malah melepas jaket yang ia kenakan sejak tadi dan memberikanya pada Mentari.

"Pake, buat nutupin paha lo, jangan diumbar!" perintah Surya yang membuat Mentari berfikir. "cowok senakal Surya ternyata ngak bejat bejat banget" batin Mentari.

"Eh pakai ,malah ngalamun, mikirin gue pasti ya?" goda surya .

"Idih gr, udah jalan ah, lama amat, eh lo jangan pd ya gue pulang bareng lo karna terpaksa, ingat TERPAKSA" ucap metari dengan penuh penekanan di kata "terpaksa".

"Iya iya, bawel amat lo jadi cewek " ucap Surya singkat dan kemudian motor sport merah itu melaju menembus jalanan sore di kota Jakarta.

-----------------------
terima kasih bagi yang sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak ya, dan respon positif oke?👍.
sekian dari saya . sampai jumpa di part selanjutnya😘

About Meet (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang