Mentari datang bersama Raina, ia sengaja berangkat dengan temannya itu karena rumah Raina juga searah dan melewati perumahan Mentari. Entah kenapa Surya tak menghubunginya semalam, bukan apa-apa, tetapi tak biasanya Surya tak memberi kabar atau sekedar chat memastikan Mentari sudah tidur atau belum. Tetapi semalam satu pesan pun tak masuk dari Surya. Pagi ini pun Surya belum kelihatan di kelasnya, tetapi ia melihat tas biru dongker yang mirip tas Surya ada di sebelah tempat duduk Vidia. Dan tiba-tiba saja Surya datang dengan mi instan cup yang ada di genggamannya, ia tidak berjalan ke arah bangku yang biasa ia duduki, melainkan ia berjalan ke arah di mana tas biru dongker yang berada di sebelah tempat duduk Vidia.
"Surya marah sama gue?" Batin Mentari dengan tatapan yang tak lepas dari cowok berbadan jakung itu.
"Kalo marah, tapi sebabnya apa?" Batinnya lagi.
Mentari memutuskan untuk berjalan kearah di mana Surya duduk dan memakan mi cup yang tadi ia bawa dari luar dan diduga ia habis dari kantin.
"Sur!" panggil Mentari yang sudah ada di samping cowok berkulit putih itu.
"Hmm," jawabnya acuh tak acuh sambil memainkan ponsel yang ada di tanggan kirinya karna tangan kanannya sibuk memegang sendok plastik.
"Kok lo pindah?" tanya Mentari pelan.
"Biar lo seneng," jawabnya singkat tanpa menoleh kearah sang penanya.
"Kok lo gitu sih, Sur?" ucap Mentari yang nadanya kian meninggi.
"Ini kan yang lo mau?" bentak Surya sambil berdiri dan menghadap ke arah gadis berambut hitam yang dicepol itu.
"Maksud lo apa?" Tanya Mentari yang tak terima karena ia baru saja dibentak. Jujur Mentari tak suka dibentak.
Surya tak menjawab malah ia menyodorkan hp berlogo apel berwarna silver itu ke arah Mentari.
"Liat sendiri!" jawabnya pelan dan melanjutkan makan mi instan cupnya...
Mentari mulai memutar video berdurasi kurang lebih dua menit itu. Matanya hampir saja keluar ketika percakapan dirinya dan teman temammya di cafe hari selasa lalu itu terekam jelas.
"Ini nggak seperti yang lo pikirin, Sur!" ucap Mentari lirih
"Bodo amat!" acuh Surya.
"Katanya lo cinta sama gue, kenapa lo gitu sih, Sur?" bantah Mentari ketika mendengar jawaban singkat dari mulut pemuda di depannya itu.
"Itu yang lo mau, kan. Gue ngejauh dari lo, lo nggak perlu pura-pura baik, lo nggak usah repot-repot masang wajah malaikat itu, lo nggak perlu nyiapin semua ini buat ngehancurin perasaan gue, Tar, cukup disini aja sandiwaranya, lo emang bakat jadi artis!" jelas Surya sambil tersenyum miris.
"Tapi, Sur, itu dulu." Mentari masih berusaha membela dirinya.
"Lo sekarang mending duduk di tempat duduk lo, terus siapin buku pelajaran, karna sebentar lagi mau masuk, lo bakal duduk sama Ryan, gue bakal jauhin lo seperti apa yang lo mau!" acuh Surya.
"Sur, maafin gue,"
"Percuma lo minta maaf, Tar, mending lo hubungin aja tuh mantan tercinta lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Meet (COMPLETED)
Teen FictionPertemuan bukan awal dari perpisahan, namun kamu saja yang belum mengikhlaskan perpisahan itu. Jangan salahkan pertemuan jika kau kehilangan, karna pertemuan dan perpisahan adalah sebuah takdir, lantas jangan melawan takdir karena sejatinya takdir...