(Four) Tidak lebih dari itu

3.4K 406 13
                                    

Lami menghentikan langkahnya mendengar nama orang yang ia benci disebut. Jeno ikut berhenti menatap Lami yang kini juga menatapnya.

"Apa maumu?" Tanya Lami.

Jeno bingung. Kenapa Lami bertanya seperti itu padanya. Padahal dia hanya ingin tau apa yang sebenarnya terjadi antara Lami dan Jaemin.

"Aku tidak ada-"

"Kalau begitu diamlah!"

"Hei, kenapa kau marah? Aku tanya baik-baik"

"Itu bukan urusanmu!"

"Tentu saja itu urusanku, karena Jaemin adalah..."

Jeno berhenti bicara tatkala Jaemin berada di belakang Lami tanpa sepengetahuan gadis itu dan memberi isyarat agar Jeno tak melanjutkan kalimatnya. Sedangkan Lami masih menatap Jeno menunggu kelanjutan penjelasan Jeno.

"Tentu saja karena Jaemin teman ku" sambung Jeno.

"Begitu kah?" Selidik Lami.

"Ya, jadi kenapa kau membencinya?"

"Karena dia adalah JAEMIN. Aku membencinya karena dia adalah Jaemin!!!"

Jeno sedikit tersentak mendengarnya. Kemudian ia menatap Jaemin yang masih berdiri di belakang Lami. Lami berbalik, mata mereka bertemu. Lami dan Jaemin.

Lami kembali menatap Jeno. Sedikit tersenyum miring.

"Kau murid baru?" Tanya Lami.

"Iya" jawab Jeno singkat.

"Ku peringatkan untuk menjauh darinya atau kau akan menyesal. Karena dia adalah pembawa sial"

Sakit...

Dada Jaemin berdenyut sakit menyadari 'dia' yang dimaksud Lami adalah dirinya. Gadis itu berlalu begitu saja melewati Jaemin. Tak menoleh sedikitpun, menganggap Jaemin tak terlihat.

***

Jaehyun mengemasi buku-bukunya. Ia sudah selesai dengan tugas kuliah yang menumpuk. Saatnya dia pulang ke rumah karena apartmentnya ini hanya pelarian agar akses ke kampus dan tempatnya istrahat tidak begitu jauh.

"Eh, sudah mau pulang?" Tanya Irene yang baru saja datang.

Tentu saja tanpa permisi Irene masuk, hal itu sudah biasa. Irene sendiri tau password apartment Jaehyun.

"Tugasku selesai. Ini juga berkat noona yang membantuku" cengir Jaehyun.

"Ya sudah. Aku juga tidak akan lama, hanya mengantar ini"

Irene memberikan kotak kue yang berisi tiga potong pie susu. Jaehyun tersenyum senang, kemudian mengucap terima kasih.

Irene dan Jaehyun sudah akan keluar, namun mata Irene menangkap sesuatu disana. Sebuah figura dengan foto empat laki-laki yang sama-sama menguncir 'apel' rambutnya.

"Kau masih menyimpannya" ucap Irene.

"Aku hanya meletakkan dimana Jaemin tidak melihat itu. Dia tidak pernah datang kemari" balas Jaehyun. "Noona"

"Maaf, Jae. Hanya terbawa suasana"

"Maaf aku menyinggungmu. Aku tidak memahami perasaanmu"

Irene hanya tersenyum menanggapi. Walaupun hatinya kini tengah berontak dan menangis. Tak sanggup menahan kerinduannya pada seseorang yang ada dalam foto tersebut.

Butuh waktu hampir 45 menit untuk sampai di rumah. Jaehyun memarkirkan mobilnya di carport. Matanya menangkap mobil hitam yang juga terparkir disana. Tanpa pikir panjang, Jaehyun melangkah masuk.

Crash | Book I (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang