(Fourty Two) Kisah yang Utuh

2.8K 346 47
                                    

Jeno dan Renjun berdiri di depan sebuah dinding atau lebih tepatnya semacam monumen dimana disitu tertuliskan nama-nama seseorang yang abunya disimpan di sana. Mata mereka tak lepas pada satu nama, Kim Minhyung.

"apa akan baik-baik saja jika kau mengetahuinya?" ucap Renjun.

Jeno semakin dibuat penasaran "maksudmu?"

"aku takut ini akan merubah dirimu"

"kenapa? apa hubungannya Minhyung denganku?"

"secara tidak langsung, ini akan sangat mempengaruhimu"

Jeno menatap Renjun dengan yakin. Renjun menghela nafas. Mau tidak mau dia sudah terlibat. Renjun melangkahkan kakinya masuk ke sebuah ruangan dimana penyimpanan abu berada. Jeno hanya mengikuti langkah Renjun hingga berhenti di etalase yang menyimpan abu dengan nama 'Kim Minhyung' di guci putihnya.

Mata sipit Jeno terbuka. Nafasnya seakan terhenti saat itu juga melihat isi etalase tersebut. Beberapa foto dan medali ada disana. Yang membuatnya terkejut adalah orang yang ada dalam salah satu foto.

"dia kakak Lami" ucap Renjun, Jeno menatapnya tak percaya. "Sahabat terbaik dalam hidup Jaemin"

Jeno masih belum bisa berucap. Terlalu sulit untuk dia mengerti semuanya.

"Dia meninggal saat bersama Jaemin"

"tidak mungkin..."

tok tok tok

Minhyung membuka pintu saat mendengar suara ketukan. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah seorang Jaemin yang mengenakan setelan jas dan terlihat sedikit kacau. Minhyung tau hari ini adalah peringatan satu tahun kematian ibu Jaemin. Dan hari ini, untuk pertama kalinya setelah setahun Jaemin pergi seorang diri selain ke sekolah.

"Jaemin"

"hyung"

"ayo masuk"

"aku ingin jalan-jalan"

Minhyung menatap Jaemin tak percaya. Jaemin selalu berangkat dan pulang sekolah tepat waktu. Tak pernah mau berbaur dengan teman-temannya. Tak mau bicara jika bukan hal penting. Dan untuk pertama kali setelah sekian lama, Jaemin mengajaknya pergi.

"ayo"

Disinilah mereka sekarang. Restoran khas eropa, kesukaan ibu Jaemin.

"Mark hyung" begitulah Jaemin memanggil Minhyung. "sangat sakit rasanya"

"lepaskan, Jaem. Kau tidak bisa terus seperti ini"

"tidak bisa, hyung. Ibu... ibuku..."

"Jaemin, bukan salahmu. Tidak hanya kau yang sakit, aku pun sakit melihatmu seperti ini"

"hyung, terima kasih"

Minhyung mengelus surai Jaemin layaknya seorang kakak pada adiknya. Ia tersenyum lalu mengangguk menanggapi Jaemin. Setelah dirasa Jaemin cukup tenang, Minhyung berpamitan ke toilet.

Namun naas, terjadi ledakan dari arah dapur restoran. Api cepat merambat ke tempat lain. Minhyung yang saat itu begitu panik karena ia berada di toilet dan melihat pengunjung sudah berhamburan.

"Jaemin!"

"nak, kau mau kemana?"

"temanku ada di dalam, paman!"

"berbahaya! Ayo keluar!"

Pria itu menarik Minhyung karena dari toilet lebih dekat ke arah pintu keluar. Minhyung menghempaskan pria itu.

Crash | Book I (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang