(Twenty One) Yang Tidak Diharapkan

3.4K 377 34
                                    

Jaemin menatap album foto yang ada di pangkuannya sekarang. Foto dirinya yang tersenyum lebar membawa piala dan berkalungkan medali emas pertamanya tengah berdiri di antara ayah dan ibunya.

"Ibu, aku rindu"

Jaemin cepat-cepat menghapus air matanya yang selalu saja menetes saat mengingat mendiang sang ibu.

Tok tok

"Jaemin? Kau di dalam nak?" Suara sang ayah mengintrupsi Jaemin dan segera menyimpan kembali album fotonya.

"Ada apa ayah?" Tanya Jaemin melihat ada raut cemas dari Chilhyun.

"Kakek sakit. Ayah dan ibu Sunghee akan ke Ulsan, kau di rumah saja bersama Jaehyun dan Jeno. Tak apa kan jika ayah tinggal?" Ujar Chilhyun sambil membelai surai putranya.

"Aku ikut" ucap Jaemin.

"Tapi nanti disana-"

"Ayah takut aku membawa..."

"Bukan seperti itu!" Sergah Chilhyun sebelum Jaemin melanjutkan kalimatnya. "Ayah tidak suka nenek berlaku buruk padamu"

"Tapi nenek tetaplah nenekku. Aku juga ingin ada disamping kakek. Bukankah dulu mereka selalu ada bersamaku saat aku sakit? Sekarang giliranku"

"Kalau Jaemin ikut, aku ikut" kata Jaehyun.

"Aku juga" sambung Jeno.

"Baiklah baiklah. Ayo berkemas"

Chilhyun tak mampu membantah keinginan ketiga putranya. Setidaknya ia merasa lega karena ia yakin Jaehyun dan Jeno akan menjaga si bungsu.

***

Nenek menyambut kedatangan keluarga mendiang putri kesayangannya tanpa menoleh sedikitpun pada Jaemin. Menggap Jaemin seolah-olah telah hilang meskipun ia ada disana. Setelah melihat keadaan kakek, Jaemin beranjak ke kamar diikuti Jeno.

"Kau sejak tadi mengikutiku" protes Jaemin. "Tidur di kamar sebelah saja, aku ingin sendiri"

"Memangnya salah aku mengikutimu? Aku mau tidur disini saja" balas Jeno yang kini sudah menidurkan tubuhnya. "Jaem, kau belum jawab pertanyaanku tadi"

"Pertanyaan apa?" Jaemin mulai dongkol dengan Jeno.

"Kau menyukai Hina?"

"Jangan gila. Dia temanku sejak lama, kami akrab karena menyukai hal yang sama. Bukan berarti aku menyukai Hina"

Jeno hanya ber'O' ria sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Mungkin Jaemin memang tidak menyukai Hina, atau bahkan belum.

Hari beranjak pagi. Semua tampak biasa saja di keluarga itu, kecuali saat nenek bertemu Jaemin barulah suasana berubah canggung apalagi menegangkan. Nenek mengajak Chilhyun dan Sunghee untuk berbelanja sedangkan Jaehyun dan Jeno pergi berolahraga.

"Tak apa kan jika ibu tinggal?" Tanya Sunghee pada Jaemin. Ia menempelkan punggung tangannya pada kening Jaemin. "Demammu belum turun"

"Tak apa, bu. Aku tidur saja" jawab Jaemin.

Pagi tadi saat semua masih terlelap, Jaemin bangun dengan kepala yang terasa berat dan menggigil kedinginan. Terpaksa ia membuat repot ibu sambungnya yang menyebabkan nenek marah padanya.

"Aku akan jaga Jaemin, jangan khawatir" kata Jungmo.

"Baiklah, terima kasih" ucap Sunghee.

Jaemin terlelap sejenak berharap rasa pening yang melanda segera reda. Satu jam berlalu, Jaemin kembali terbangun karena merasa haus. Syukurlah ia sudah lebih baik setelah meminum obat. Ia melihat gelas di nakas kosong dan akhirnya terpaksa keluar kamar hanya untuk melepaskan dahaganya.

Crash | Book I (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang