(Fourty Nine) Jaemin dan Lami

3.4K 344 14
                                    

Chilhyun masih berbaring di samping Jaemin yang meringkuk sembari menggenggam erat tangannya. Setelah Jaehyun menelponnya dengan mengatakan trauma Jaemin muncul kembali. Tadi Jaemin sudah baik-baik saja dan lebih tenang, tapi sampai rumah ia kembali ketakutan dan mengunci diri di kamar.

Jika sudah seperti itu, Jaemin hanya bisa diluluhkan oleh Chilhyun. Dengan sabar dan penuh kasih sayang Chilhyun membujuk Jaemin. Pria itu berhasil menenangkan putranya meski butuh waktu yang cukup lama.

Sekarang disinilah dia, menemani putranya yang tertidur di kamarnya dan Sunghee. Jaemin tidak ingin melepaskan genggaman ayahnya, bahkan sampai ia tertidur saat ini genggamannya masih begitu erat.

"yeobo..." panggil Sunghee lirih.

"aku akan menemani Jaemin malam ini. tidak apa kan jika kau sendirian?" tanya Chilhyun.

"iya, aku akan tidur bersama Jeno. Anak itu juga sedang manja" kata Sunghee.

Chilhyun terkekeh. Bagaimana bisa kedua putranya yang sudah berusia tujuh belas tahun itu masih memiliki sisi manja.

"selamat malam" kata Chilhyun setelah ia mencium singkat bibir sang istri.

***

Jeno memasuki area parkir sekolah. Kurang lima belas menit sebelum bel masuk, Jeno sudah memarkirkan motor sportnya dan kini berjalan menuju kelas.

Sampai di koridor, matanya bersitatap dengan mata Lami. Gadis itu juga baru datang. Mereka sama sama menghentikan langkahnya, saling menatap satu sama lain. Tak ada yang betutur kata hingga Lami memilih untuk melanjutkan langkahnya, meninggalkan Jeno yang kini berada di belakangnya.

"hyung"

Jeno tersadar dari lamunannya. "eoh, Jaemin? ku kira tidak sekolah"

Jaemin tidak menanggapi. Ia melihat Lami yang belum jauh di depannya. Sebenarnya Jaemin ada disana saat Jeno tak sengaja berpapasan dengan Lami. Entah mengapa Jaemin merasa miris melihat kedua orang itu tak saling menyapa.

"Gong Hina, anyeong!" sapa Jeno semangat saat melihat Hina juga baru saja muncul di koridor.

Hina sedikit terkejut, apalagi ada Jaemin disana. Hina memaksakan senyumnya, kaku.

"anyeong, Jeno" balas Hina kemudian berlalu begitu saja.

Jeno terheran karena Hina tidak menatap Jaemin sedikitpun saat gadis itu melewati mereka. Bahkan hanya menyapa Jeno, itupun karena Jeno lebih dulu menyapa Hina.

Mata Jaemin mengikuti langkah Hina yang menuju loker. Disana juga ada Lami yang masih sibuk merapikan buku-bukunya. Tak hanya Jaemin, Jeno juga mengalihkan perhatiannya pada Lami dan Hina. Dua gadis itu berada di depan loker mereka masing-masing yang berdekatan. Tapi tak ada perbincangan di antara mereka. Hina juga pergi lebih dulu meninggalkan Lami.

"kalian benar-benar rumit" gumam Jeno dan tentu saja terdengar oleh Jaemin membuat anak itu kebingungan.

"apa maksudmu?"

Disinilah mereka, berbaring menatap langit di atap gedung sekolah. Jaemin dan Jeno memilih membolos pelajaran.

"jadi kau bertemu dengan Hina?" tanya Jaemin.

"iya, malam itu. Dia menangis sendirian, aku tidak tega jika meninggalkannya sedangkan aku tau dia sendirian" jawab Jeno. "Dia sangat menyayangi Lami dan juga mencintaimu, dia mengalami kesulitan yang tidak disadari orang-orang di sekitarnya. Maaf Jaemin, tapi aku memeluknya malam itu. Yah, untuk menenangkannya"

"menurutmu aku salah, hyung?"

"kau beruntung memiliki teman seperti Hina. Andai aku tidak jatuh cinta pada Lami mungkin aku akan memacari Hina, hahaha"

Crash | Book I (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang