(Fourty Eight) Trauma

3.7K 358 18
                                    

Jaehyun terus memperhatikan Irene yang sekarang ada di hadapannya. Gadis itu sedang sibuk dengan tugas kuliahnya hingga tidak sedikitpun melirik Jaehyun. Tapi justru ada hal lain yang Jaehyun rasakan. Beberapa hari belakangan Irene seperti sedang menghindarinya. Kalaupun bertemu,  Irene juga akan sedikit berbicara.

"noona?" panggil Jaehyun.

"iya?" masih terdengar lembut sahutan dari Irene.

"maaf jika aku memiliki salah padamu"

"kenapa kau minta maaf, Jae?"

"kau seperti sedang malas bersamaku"

Irene terpaku. Ia mendadak gugup atas pernyataan Jaehyun. Irene memaksakan senyum di wajahnya lalu mengusap tangan Jaehyun.

"tidak, aku hanya sedang sibuk akhir-akhir ini. Jangan berfikir tentang hal seperti itu" kata Irene. "harusnya aku yang minta maaf padamu, Jaehyun"

"ku rasa kau benar. Kau memang sibuk sekarang dan mungkin aku yang sedikit sensitif. Maaf noona"

"tak apa. Setelah tugasku selesai bagaimana kalau kita jalan-jalan. Bisa ajak Jeno dan Jaemin?"

"ide bagus"

***

Jaemin tak sengaja melihat Hina dan Lami yang berpapasan. Keduanya tak saling sapa, bahkan melirik saja tidak. Merasa ada yang tidak beres, Jaemin mengikuti Hina yang sedang sendirian ke toilet. Jaemin menunggu beberapa menit di depan toilet. Tak peduli siswi yang datang menatapnya aneh, toh Jaemin tidak ada hubungan dengan gadis-gadis itu.

"astaga! Jaemin kau mengagetkan ku" pekik Hina. "kau sedang apa disini?"

"aku ingin bicara denganmu, Hina"

Hina membiarkan Jaemin menarik tangannya hingga menjauh dari toilet. Keduanya menuju lorong yang sepi di dekat gudang.

"kenapa, Jaem?" tanya Hina. Ia tak mampu mengartikan tatapan dan raut wajah Jaemin sekarang.

"ada apa kau dengan Lami? aku melihat kalian tak saling tegur sapa" tanya Jaemin to the point.

"harus bagaimana aku menjelaskan ini padamu?"

"apa maksudmu? kalian seperti itu bukan karena aku kan?"

"tidak. Permasalahan ini bukan karena dirimu, tapi karena Lami sendiri yang menyimpan dendam padamu. Boleh ku katakan dengan jujur? aku sudah sangat muak dengan sikapnya"

Jaemin menggeleng pelan, tak percaya bahwa seorang Gong Hina akan mengatakan hal semacam itu.

"kau tidak percaya kan?" lirih Hina sambil tersenyum getir.

"ini seperti bukan kau, Hina" balas Jaemin tak percaya.

"kau yang tidak memahami ku, Jaemin!" sentak Hina. "kau tidak akan pernah memahamiku karena hanya Lami yang kau lihat!"

"Hina..."

"apa? kau akan menyalahkanku karena menjauh dari Lami? karena kini aku meninggalkan Lami? aku tidak lebih dari seorang penghianat di matamu karena aku melakukan hal buruk pada seseorang yang kau cintai. Benar begitu, Jaemin?"

"Gong Hina!"

"aku juga mencintaimu, Jaemin! sama sepertimu, aku juga melakukan ini untuk orang yang aku cintai"

Jaemin benar-benar terkejut oleh perkataan Hina. Nyawanya seakan menghilang saat ini juga. Hina mulai terisak, semua ini begitu menyakitkan.

"aku juga menyayangi Lami. Dia saudaraku, aku tidak ingin dia larut pada rasa dendam. Aku tidak ingin dia melakukan hal yang salah, hiks... aku hanya ingin kau dan Lami kembali menjadi seorang sahabat seperti dulu"

Crash | Book I (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang