Irena segera bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. Ia ingin lihat, siapa yang bertamu ke rumahnya dijam seperti ini.
"ASSALAMU ALAIKUM, ENA! SELAMAT MALAM DUHAI KEKASIH...EAAKKK!"
"Astaghfirullah!", Ucapan istighfar meluncur begitu saja dari mulut Irena.
Tommy, cowok setengah manusia setengah semut itu datang ke rumahnya, dengan suara cempreng yang memekakan telinga, ditambah lagi ia bahkan menyanyikan sepotong lirik lagu dangdut, tentunya dengan suara sumbang yang ia miliki.
"Kok lo istighfar sih, Na? Harusnya lo jawab salam dari gue, dong!"
"WA' ALAIKUMUSSALAM!", jawab Irena dengan suara tak kalah nyaring. Ia puas melihat Tommy menutup kedua telinganya saking kagetnya.
"Galak amat lo jawab salamnya!", ujar Tommy lalu masuk begitu saja.
Irena hanya mengepalkan tinjunya, sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Ada yah orang yang kelakuannya kelewat ajaib seperti Tommy? Ia juga mempertanyakan, bagaimana cara Tommy bisa memiliki pacar sebaik dan secantik Yura? Apakah Yura dengan mudahnya percaya dengan bujuk rayu Tommy? Atau ia malah terpesona dengan tingkah Tommy yang luar biasa absurd?
Rasanya ia tak punya banyak waktu memikirkan Tommy dan segala kegilaannya. Ia akan lanjutkan belajarnya yang sempat tertunda karena kedatangan manusia setengah semut itu.
"Minggir lo! Gue mau belajar!", ujar Irena saat melihat Tommy mengambil alih tempat duduknya.
"Yeee, si ibu! Kalo ada tamu yang datang, disambut dong! Bukan dibentak! Daripada lo marah-marah nggak karuan, mendingan lo buatin gue sama Rizky minuman. Haus, nih!", kata Tommy mengelus lehernya.
Dengan setengah hati, Irena meninggalkan dua pemuda menyebalkan itu ke dapur.
Sepeninggal Irena, Rizky dan Tommy hanya duduk diam. Rizky sibuk dengan buku ditangannya, dan Tommy begitu resah karena Yura belum membalas pesannya.
Tommy langsung merangkul Rizky, dan itu membuat Rizky kaget bukan main.
"Ky, kok Yura nggak bales chat gue, yah?", tanya Tommy uang sebelah tangannya merangkul Rizky dan satunya lagi memegang ponsel miliknya.
"Gu, gue nggak ta, tau!", jawab Rizky, membuat Tommy terkekeh.
"Lo dari dulu nggak berubah, yah! Cara ngomong lo ke gue tetep kayak gini. Kenapa sih lo selalu gugup dan kayaknya takut banget kalo deket sama gue? Dan kenapa juga lo malah bisa bersikap normal kalo lo ngomong sama Irena, ataupun orang lain. Apa karena kejadian waktu kita kecil itu, bikin lo trauma?"
Rizky membasahi bibir bawahnya. Ia bungkam untuk beberapa waktu. Tommy dibuat makin merasa bersalah, ia akhirnya melepas rangkulannya dari pundak Rizky.
"Ky, gue minta maaf! Kejadian waktu kecil itu, pasti bikin lo trauma. Tapi, saat itu gue nggak punya pilihan lain. Irena sendirian ngelawan anak-anak nakal itu, jadi gue bantuin dia. Gue nggak mau mereka gangguin kita bertiga. Dan dengan terpaksa, gue pukulin mereka pake batu sampai mereka harus masuk rumah sakit.", ujar Tommy dengan nada suara lemah.
"T, Tom! Lo udah minta maaf ke gue sebanyak 884 kali. Ini semua bukan salah lo. Semua yang lo lakuin cuma buat ngelindungin teman lo.", ujar Rizky dengan nada suara gugup, Tommy terkekeh.
Tanpa diketahui dua cowok itu, Irena yang memegang nampan yang diatasnya terdapat minuman mengamati gerak-gerik mereka dari dapur. Air matanya jatuh begitu saja. Keadaan antara Tommy dan Rizky membuatnya ikut terjepit.
"Ya Tuhan, jangan pernah pisahkan dua sahabat yang ada didepan mata saya. Kami bertiga sudah berjanji, akan memegang teguh persahabatan ini sampai kami bertiga mati."
"Ayah, ibu, doakan Rena, supaya Rena tidak putus asa, untuk terus menjaga Rizky, dan melindungi Tommy."
Gadis itu menghapus air matanya, dan ia kembali berusaha bersikap normal, dengan memasang tampang tengil dan juga menyebalkan diwajahnya.
"Nih, minuman kalian berdua! Gue kasih tau yah harganya! Harga satu botol sirup merah ini adalah Rp 20.000, harga satu galon air minum adalah Rp 5.000, dan harga satu buah es batu dalam minuman itu adalah Rp 2.000! Jadi totalnya adalah Rp 27.000! Kalian harusnya bersyukur, minuman enak dengan harga Rp 27.000 itu bisa kalian minum di rumah gue, gratis! Ayo, ucapin terima kasih ke gue!", ujar Irena lalu duduk di sofa kosong, menatap sombong ke arah Rizky dan Tommy.
"Iya, iya! Terima kasih Irena! Uhh, makin sayang deh sama kamyuh!", ujar Tommy lalu mengambil segelas sirup merah yang sudah dihidangkan diatas meja.
Irena mendelik dengan pandangan sadis. "JIJIK, GELI, NAJIS, NAJONG, LEBAY!!!", teriak Irena membuat Rizky menutup kedua telinganya.
"Hahahaha!", tawa Tommy pecah saat itu juga.
***
Kedatangan kedua cowok kunyuk di rumahnya semalam membuat Irena harus tidur pukul 23.00 malam. Dengan berbagai cara Irena berusaha mengusir kedua makhluk kasat mata tak tahu aturan itu. Tapi seperti biasa, namanya kaum lelaki pasti ada saja alasannya.
Rizky, cowok itu beralasan jika ia akan mendampingi Irena belajar, sedangkan Tommy? Alasannya kelewat absurd sama seperti kelakuannya. Ia beralasan Yura ngambek padanya, dan Irena sudah membujuk lelaki itu agar mengirim pesan pada Yura, dan jika bisa ia memberikan sebuah hadiah yang tentunya membuat Yura senang.
Memang dasarnya Tommy adalah tipe orang yang pelit, ia hanya mengirimkan pesan berisi gombalan receh yang sebenarnya membuat Irena ingin muntah saat membacanya. Gombalan tukang galon yang sering lewat depan komplek jauh lebih berkelas dan bermutu.
Dan yang membuat Irena tak habis pikir, ternyata Tommy menggunakan alibi itu agar ia bisa berada di rumah Irena lebih lama lagi. Katanya, ia ingin minum sirup merah yang total harganya Rp 27.000 itu.
Berkali-kali Irena harus menutup mulutnya karena menguap. Rasa kantuk ini sungguh menyebalkan. Ditambah lagi hari ini ada pelajaran biologi, dan gurunya adalah pak Wawan. Lengkap sudah penderitaan Irena.
"Lo masih ngantuk?", tanya Rizky yang menempelkan botol air mineral dingin dikening Irena. Tindakan Rizky itu membuat Irena serasa disetrum listrik.
"Kejam amat lo sama gue!", ujar Irena memegangi keningnya yang dingin karena tadi ditempeli botol air mineral dingin.
Rizky mengendikkan bahu, cuek.
Salam manis,
Dhelsaarora
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky & Irena
Teen FictionYang Irena tahu, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, kesempatan berubah itu tidak hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, perubahan bisa terjadi pada semua orang, termasuk sahabat masa kecilnya Rizk...