53. Kronologi

72 6 2
                                    

"Rizky!"

Mereka berlari menuju ke Rizky. Setelah mencari pemuda itu hampir ke segala area kantor polisi, akhirnya mereka berhasil menemui Rizky.

"Hoy, Ky! Ngapain lo disini? Mana lama banget lagi kami nungguin lo!",  omel Bondan.

"Lo bahkan belum sempat ngobrol sama Irena. Lo perginya lama amat," timpal Ambar.

Mendengar nama Irena, Rizky segera tersadar. "Soal kasus Irena, gue udah mulai dapat titik terang. Polisi itu, pak Praba, salah satu orang yang pastinya terlibat dalam hal ini. Gue yakin."

"Pak Praba?", beo yang lainnya bersamaan.

"Yang mana sih Pak Praba itu? Kok gue jadi penasaran?", kata Bondan sembari celingak-celinguk.

"Pak Praba itu polisi muda yang kerja di kantor polisi ini," jelas Rizky.

"Eh, tapi tunggu, deh! Kok lo langsung bilang pak Praba Praba itu salah satu yang terlibat di kasus itu?" Jennessa nampak masih saja penasaran.

"Terlalu banyak kejanggalan yang disembunyiin sama si polisi aneh itu. Soal pisau, soal garis polisi yang nggak ada di lokasi kejadian, soal si pemberi rekaman itu, pokoknya banyak deh. Dan juga, cincin yang ditemuin waktu itu sama persis dengan cincin pak Praba. Walau beda ukuran."

Zavier nampak mendengus. "Bukannya apa-apa nih, Ky. Pak Praba bukan satu-satunya yang pakai cincin yang sama dengan pemilik cincin itu. "

Rizky berdecak. "Seandainya lo ngerti, pasti lo bakalan mikir yang sama kayak gue."

Bondan bertolak pinggang. "Mana coba cincinnya, gue mau liat!"

Rizky nampak mengerutkan kening, hingga akhirnya menyerahkan cincin itu kepada Bondan. Nampaknya Bondan memperhatikan cincin itu. "Ini bukan cincin sembarangan, guys."  Bondan kembali memberikan cincin itu kepada Rizky. "Ini cincin dibuat dan dirancang khusus. Cuma orang yang berduit yang bisa punya cincin ini."

Rizky menganggukkan kepala, ia merasa tak salah menuduh orang.

Praba memang salah satu yang terlibat.

Sudah saatnya Rizky mencari komplotan yang lainnya.

Sementara itu, Ambar nampak mengambil layar ponselnya, dan melihat sesuatu disana. "Apa iya, dia orang yang sama? Kok gue makin curiga, yah?", gumam Ambar pelan.

Setelahnya ia kembali memasukkan ponsel itu kedalam saku celananya.

***

Sepulangnya dari kantor polisi, Rizky dan yang lainnya segera kembali ke rumah sakit.

Yura dan kedua orang tua Tommy menghubunginya dengan waktu yang hampir bersamaan. Tak ada yang menjaga Tommy di rumah sakit. Jadilah Rizky bergegas ke rumah sakit, dan yang lainnya pun ikut serta bersamanya.

Cklek!

Rizky membuka pintu kamar rawat Tommy, matanya membulat.

"Tommy?! Lo udah sadar?"

Tommy yang terkejut mendapati Rizky dan yang lainnya, hingga ponsel di tangannya ikut terjatuh.

Dengan langkah cepat Rizky menghampiri Tommy. Meneliti keadaan Tommy yang bisa dikatakan sangat baik.

"Hai, Iky!", sapa Tommy dengan wajah menyebalkannya sembari melambaikan tangan bak model profesional.

"Sejak kapan lo udah siuman?", tanya Rizky dengan wajah tak sabar.

"Sejak....beberapa hari yang lalu," jawab Tommy. Tommy melirik lalu menunjuk Bondan dan Zavier. "Mereka udah tau, kok."

Rizky melirik Bondan dan Zavier, setelahnya menggelengkan kepala. Kedua pemuda yang dilirik itu hanya cengengesan.

Rizky & IrenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang