26. Konflik 1 Usai

69 8 6
                                    




Rizky dan juga Bondan sudah selesai menjalankan hukuman yang diberikan. Ambar berjalan tepat dibelakang mereka dengan wajah kesal.

Bahkan kedua pemuda itu tak saling bertegur sama sekali.

"Hoy lo berdua! Nggak pegel apa diem-dieman mulu?!", omel Ambar yang sama sekali tak dihiraukan oleh keduanya.

Ambar mendengus jengah. "Gara-gara cewek doang sampai berantem! Emang di dunia ini cewek cuma si Jennessa doang? Banyak kali yang lebih baik."

Bondan menghentikan langkahnya, dan menatap Ambar dengan tatapan sengit. "Tau apa lo soal Jennessa? Nggak usah ngomong kalo lo nggak tau apa-apa! Dasar cewek sok tahu!"

Setelah mengatakan hal itu kepada Ambar, Bondan berjalan lebih dulu. Menyisakan Ambar dan Rizky.

"Dasar cowok kasar!", gerutu Ambar. Ambar melempar pandangannya ke arah Rizky. "Ky, lo sebenarnya suka sama siapa, sih? Putri apa Jennessa?"

Rizky melirik Ambar sekilas. "Kepo banget."

Ambar meringis. "Gara-gara rebutin lo si Jennessa sama Putri berantem. Tinggal lo jawab siapa susah amat!"

"Gue nggak naksir dua-duanya," jawab Rizky, membuat Ambar memicingkan mata.

"Alah, lo pasti bohong, 'kan? Ngaku aja!"

Rizky berdecak. "Serius. Lagipula gue nggak suka cewek!" Pengakuan Rizky menghadirkan tawa diwajah Ambar. Dan Rizky yang baru saja sadar dengan ucapannya segera menormalkan raut wajahnya.

"Kalo lo gak suka cewek, lo itu gay, dong?" Lagi-lagi Ambar tertawa karena ucapan Rizky tadi.

"Kalo iya emang kenapa?"

Rizky sudah berjalan lebih dulu, meninggalkan Ambar yang masih tertawa dibelakangnya. "Woy, Rizky! Tungguin elah!"

*****

Irena menatap Rizky dan Bondan dengan mata memicing. Sepertinya dua pemuda itu belum sepenuhnya akur.

"Nggak usah sok ganteng deh kalian berdua! Sok-sok'an seharian mau mingkem, kayak bocah lagi berantem aja!" Celetukan Irena membuat kedua pemuda itu saling melemparkan tatapan tajam masing-masing.

Ambar yang sudah sejak tadi memperhatikan interaksi Bondan dan Rizky yang tak kunjung membaik memutar bola matanya jengah. "Drama banget ini cowok berdua. Enaknya diceburin ke sumur belakang sekolah aja sekalian!"

Irena menghembuskan napas panjang. "Rizky, Boncel, masalah kayak gini tuh boleh dibicarain baik-baik."

Irena bangkit dari duduknya, lalu menarik tangan Rizky dan Bondan untuk bisa duduk di kursi yang berada tepat dihadapan Irena.

"Sekarang jelasin, masalah kalian apa? Boncel, Rizky?", tanya Irena dengan nada suara serius.

Kedua pemuda itu tetap bungkam, bahkan Ambar sendiri sangat gemas dengan tingkah kedua temannya itu.

"Rizky Imanuel Ardika, Bindan Cellano, gue lagi ngomong sama kalian, tolong jawab pertanyaan gue!" Irena berucap tegas.

Satu kelas yang menyaksikan Irena menyidang Rizky dan Bondan hanya diam. Irena yang biasanya sering berbuat rusuh, berubah 180° saat sedang menginterogasi seperti itu.

"Gue nggak terima Rizky ngekhianatin gue, karena Jennessa suka sama dia." Bondan pertama kalinya membuka suara.

"Lo salah paham sama gue," balas Rizky berusaha membela diri. Menurutnya, ia sama sekali tak melakukan kesalahan apapun.

Bondan tersenyum miring. "Salah paham? Sekarang Jennessa suka sama lo, itu artinya lo emang dari awal usaha 'kan buat dekatin dia?"

"Heh, gue sering bareng sama kalian. Gimana ceritanya gue mau deketin itu cewek? Kenal juga gak, bukan tipe gue juga."

Rizky & IrenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang