28. Takut Kehilangan Lagi

92 9 6
                                    




Dengan debaran jantung yang berdebar dua kali lebih cepat, Rizky berlari kearah dimana Irena berdiri terakhir kali.

Matanya sudah nampak berkaca-kaca. Ia akan menyesal seumur hidup kala kondisi Irena sudah seperti ini.

Rizky berlari lebih cepat. Ia menerobos kerumunan agar bisa segera menemui Irena.

"Permisi, permisi!"

Rizky menerobos orang-orang yang menghalangi jalan dan penglihatannya. Rasa takut akan hal yang terburuk terjadi pada Irena seakan membuat kepala Rizky ingin pecah saja rasanya.

"Ena..."

Rizky berujar lirih saat melihat Irena dalam posisi terduduk dengan mata terpejam. Rizky menghembuskan napas lega, Irena baik-baik saja.

Rizky menghampiri gadis itu, dan membantunya berdiri. Rizky memperhatikan keadaam sekelilingnya. "Maaf, bapak, ibu," ujar Rizky dengan nada khawatir.

"Mas, lain kali jangan ninggalin pacarnya, dong! Kasian mbaknya ngejar mas dari tadi, sampai hampir ditabrak kendaraan, untung mbaknya nggak kenapa-napa."

"Iya, bu. Lain kali saya akan lebih memperhatikan...," Rizky menjeda ucapannya dan memperhatikan Irena. "Pacar saya."

Setelahnya, orang-orang membubarkan diri. Rizky segera membawa Irena ke pinggir jalan.

Betapa khawatirnya Rizky saat melihat Irena nampak pucat, dan tubuhnya bergetar. "Na, maafin gue...."

Irena mengangkat kepalanya, dan memandang Rizky dengan senyum tipis. "Gue nggak kenapa-napa, kok."

Irena bangkit dari duduknya, tapi tak lama kemudian gadis itu jatuh tak sadarkan diri, tepat dihadapan Rizky.

"Irena!"

*****

"Dia tidak apa-apa, dia hanya sedikit shock atas insiden yang baru saja kamu ceritakan."

Dokter yang menangani Irena memberikan penjelasan kepada Rizky.

Sayangnya, bukannya merasa lega, Rizky malah semakin prihatin. Bukan tanpa sebab ia merasakan hal yang demikian. Ingatannya saat Irena menyelamatkannya di kolam renang kembali terputar didalam ingatan Rizky.

"Dokter, Irena dulu pernah pingsan, saat dia nolongin saya pas di kolam renang. Dan sekarang, dia juga pingsan, karena mengejar saya tadi."

Dokter yang mendengar ucapan Rizky nampak mengerutkan kening, tapi setelahnya tersenyum tipis. "Sepertinya, dia memang shock, shock karena tidak mau terjadi apapun yang buruk kepada kamu."

Setelah mengatakan hal itu, tanpa menunggu respon Rizky selanjutnya, dokter itu pamit untuk keluar guna menangani pasien lain.

Rizky menatap wajah damai Irena dengan lekat, ia menarik kursi dan duduk disebelah tempat tidur gadis itu. Tangan Rizky mengusap puncak kepala Irena yang terasa basah karena berkeringat.

"Apa segitu besar keinginan lo buat ngelindungin gue, Na?"

*****

Irena yang masih berumur lima tahun itu menatap dua gundukan tanah dengan taburan bunga diatasnya. Ia tak mengerti mengapa kedua orang tuanya dimasukkan kedalam tanah itu.

"Tante, Om, kok ayah sama ibu Ena dimasukkin dalam tanah? Nanti mereka nggak bisa keluar, nggak bisa ketemu Ena lagi, dong," ujar Irena kecil dengan kalimat polosnya.

Rima, mama Rizky Rizky menatap Rafly, suaminya dengan wajah sendu. Harus ia jawab apa pertanyaan anak kecil yang polos dihadapannya itu? Apa ia harus mengatakan bahwa kedua orang tuanya sudah tiada dan pergi untuk selamanya?

Rizky & IrenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang