"Seru banget pertandingannya!!!", seru Ambar heboh.
Bondan melirik malas ke arah Ambar, lalu mengacak rambut gadis itu. "Huh, dasar lebay!", cibir Bondan.
"Suka hati, lah!", balas Ambar.
Rizky, Irena, Yura, Tommy, dan Putri memandang keduanya dengan tatapan jengah. Bukannya menikmati makanannya, kedua orang itu malah berdebat.
Sekadar informasi, sehabis menyaksikan pertandingan di sekolah tadi mereka tak langsung pulang ke rumah. Mereka memutuskan mengisi perut di rumah makan sederhana. Hitung-hitung juga sebagai ucapan terima kasih Tommy karena mereka mau menonton Yura. Tommy hari ini yang teraktir.
Irena menyantap makanan dihadapannya dengan lahap. Tommy hebat juga, bisa menemukan rumah makan sederhana dengan makanan seenak ini, khas makanan rumahan.
"Twom!", panggil Irena dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Apa?", tanya Tommy yang sudah siap memasukkan makanan di sendok ke dalam mulutnya.
Irena mengunyah makanannya dengan cepat, lalu menelannya. "Gue boleh pesan makanan lagi, gak? Masih laper!"
Tommy melotot ke arah Irena. Sungguh sahabatnya yang satu ini tak tahu malu.
"Lo mau buat gue bangkrut?!", omel Tommy.
Irena mendengus. "Nggak bakalan bangkrut lah, Tom. Lo kan kaya tujuh turunan."
Rizky yang melihat itu menggelengkan kepala. "Udah, Na. Lo pesen aja lagi, gue yang bayar," ucap Rizky dengan raut datar.
Mata Irena berbinar. "Wah, beneran lo, Ky? Gue cuma bercanda kok, cuma mau ngerjain Tommy."
Tommy mendengus dan menampilkan raut datar. "Sudah gue dugong!"
Irena menjulurkan lidah. "Oke, Ky, gue pesen dulu."
Rizky mengangguk.
Gadis itu bangkit dari duduknya, dan dengan setengah berlari memesan makanan kembali.
Dalam diam, Putri tersenyum diam-diam. Rupanya ia tak salah jatuh hati pada Rizky. Pemuda itu terkesan dingin, dan juga tak tersentuh. Tapi di sisi lain, Rizky adalah pribadi yang royal.
"Putri, lo kenapa?"
Ucapan Ambar berhasil mengembalikan kesadaran Putri. Nampak gadis itu salah tingkah. "Ehm gak papa, kok." Putri berusaha memberikan jawaban seaman mungkin.
Suasana pun kembali hening, dan mereka melanjutkan aktivitas makan mereka kembali.
Tak butuh waktu lama untuk Irena membawa makanan itu ke meja, dan ia sudah siap menyantapnya. Ekspresi cengo Irena dapati dari wajah teman-temannya.
"Orang yang neraktir lo bisa rugi bandar, Na. Porsi makan lo udah kayak kudanil. Badan segede biji jinten juga," cibir Bondan dengan ekspresi menyebalkan.
Irena mengibaskan tangan acuh. "Gue nggak niat balas hujatan lo hari ini. Makanan gue tersayang nggak sabar mau disantap. Nyam, nyam!"
Yura tertawa pelan melihat tingkah Irena. "Yaudah, Na, habisin aja makanannya."
Irena mengangguk bersemangat.***
"Alhamdulillah...., kenyang banget!" Irena mengusap perutnya yang sudah terisi makanan enak hasil teraktiran Tommy dan Rizky.
Gadis itu berjalan menuju parkiran, untuk mengambil vespa kesayangan yang ia parkir disana.
"Tunggu bentar, yah, gue ambil motor gue dulu." Irena berujar kepada Putri. Putri pun hanya tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Irena mengacungkan jempolnya. Rencananya, hari ini Irena yang akan mengantarkan Putri pulang ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky & Irena
أدب المراهقينYang Irena tahu, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, kesempatan berubah itu tidak hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, perubahan bisa terjadi pada semua orang, termasuk sahabat masa kecilnya Rizk...