36. Terkuak

112 9 2
                                    

Ulang tahun sekolah jatuh tepat hari ini. Para senior dan anggota OSIS sudah menghias tiap sudut sekolah dengan pernak-pernik yang menarik.

"Gimana? Lo udah atur semuanya?", tanya Bondan pada Putri. Ambar mendengarkan dengan saksama.

"Udah, pokoknya kalian terima beres, deh." Putri menjawab dengan senyum mengembang.

Ketiganya berjalan memasuki aula sekolah. Disana para siswa sudah banyak yang berkumpul dan duduk di kursi yang telah disediakan.

Senyum Putri tak luntur sejak tadi. Matanya terus saja memandangi Zavier dan Jennessa yang duduk tak jauh darinya. Sekarang kedua orang itu nampak tenang, tapi Putri pastikan setelah ini mereka akan gelisah.

Suara pembawa acara pun membuyarkan pikiran Putri. Acara ulang tahun sekolahpun segera dimulai.

***

Satu persatu siswa dan guru kini berjalan keluar dari aula sekolah. Mereka akan turun ke bawah guna mengikuti acara potong kue dan mengadakan acara lain untuk menyemarakkan kegiatan acara ulang tahun sekolah.

Putri sendiri masih memilih tinggal di dalam aula. Bahkan, ia sudah meminta Ambar dan Bondan untuk mencegat Irena dan Rizky untuk keluar dari aula.

Putri memandangi layar ponselnya, ia tengah menunggu pesan balasan dari Jennessa dan Zavier. Ia ingin lihat, sampai kapan kedua orang itu pura-pura menghindar dan mengabaikan ucapannya.

Suara derap langkah kaki terdengar oleh Putri. Senyum sinis gadis itu terbentuk, ia mengangkat kepalanya, dan tak lagi memandang layar ponsel.

"Lo ngapain minta gue sama Zavi tetap stay disini?!", geram Jennessa.

Putri mendecih. "Santai aja kalian berdua, kan sebentar lagi kedok kalian bakalan gue bongkar, jadi selamat hari gelisah!"

"Maksud lo apa?! Lo ngancem gue?!"

Putri meletakkan jari telunjuknya dibibir. "Jangan berisik!"

Ambar dan Bondan bahkan sudah tiba bersama Yura, Tommy, Irena, dan Rizky.

"Nah, berhubung kalian sudah ada disini, gue mau kalian liat sesuatu, serulah pokoknya," kata Putri dengan seringai menyeramkan. Nyali Zavier dan Jennessa makin ciut saja. Mereka takut jika Putri memberitahu kebenaran soal mereka.

Layar proyektor rupanya sudah tersedia disana. Putri pun dibantu Bondan dan Ambar mempersiapkan segalanya, agar rencana mereka bisa sukses besar hari ini.

"Eh, kalian kok masih berdiri aja? Duduk aja kali, ntar pegel, loh!", ucap Bondan dengan senyum lebar.

Rizky nampak memijat pelipisnya. "Ini apa-apaan, sih? Ngumpulin gue sama yang lain disini?"

Bondan berdecak. "Udahlah, sob! Gue ada drama bagus dah buat lo, duduk aja!" Menghampiri Rizky, Bondan lalu mendorong tubuh Rizky hingga terduduk di kursi. Rizky hanya pasrah kala diperlakukan seperti itu.

Irena menunjukkan reaksi tak jauh berbeda dari Rizky, gadis itu bahkan mengerutkan keningnya dalam-dalam. Otaknya berpikir keras, apa yang dilakukan oleh Putri, Bondan, dan Ambar.

"Selamat menonton, guys!"

Seruan Ambar berhasil menyentak semuanya. Pancaran layar itu sudah memperlihatkan latar hitam.

Nampak si pemegang kamera, yang masih berusaha ditebak-tebak bagi mereka yang menonton, mengarahkan kamera pada suatu objek, sebagai sasaran bidikannya untuk rekaman video itu.

Mata Irena menyipit kala lensa kamera itu mengarah kepada dua sosok seseorang yang tengah berdiri di dalam suatu ruangan. Sosoknya masih samar-samar.

Rizky & IrenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang