"Nih, gue udah kumpulin sejumlah data tentang dia. Mulai dari riwayat pendidikan, teman, keluarga, sampai hal pribadi udah dikupas tuntas sampai ke akar-akarnya."
Bondan memperlihatkan beberapa lembar kertas kepada teman temannya.
Diambillah kertas itu lalu mereka cermati perlahan. Rizky salah satunya, bahkan pemuda itu tak mau melewatkan sedikit pun informasi seputar Putri dan kehidupannya.
Hingga netra milik Rizky berhasil membulat sempurna, kala ia membaca sebuah fakta mengejutkan tentang Putri.
Rizky nampak mengusap wajahnya frustasi. Ia benar-benar tak suka dengan situasi.ini. Ini adalah jebakan.
*****
Irena nampak mondar-mandir di depan rumah Rizky. Ia ingin sekali berbicara empat mata dengan pemuda itu. Kegelisahannya sungguh tidak bisa dianggap sepele.
Jika benar Putri akan mencelakai Rizky, Irena begitu takut. Memang, ia tak sepatutnya mempercayai kata kata Jennessa dengan begitu mudahnya. Sekarang tak ada satupun bukti yang mendukung akan hal itu.
Tapi, jika itu benar, Irena tak mau mengambil resiko. Ini tentang Rizky, dan Irena tak bisa menganggapnya enteng dan sebelah mata.
"Ena?"
Suara Rizky yang menyapanya berhasil membuat kelegaan dalam benak Irena.
"Untung lo udah pulang, gue khawatir tau," Irena berujar dengan nada lega.
Rizky tersenyum tipis. "Maaf bikin lo khawatir. Gue tadi habis konsul sama psikolog. Tumben, lo nggak langsung masuk, malah nungguin disini."
Irena nampak berpikir sejenak, lalu memberi senyum kikuk. "He he, nggak papa, kok. Gue cuma mau masti-in lo baik-baik aja. Sekarang gue udah nggak cemas lagi."
Irena berbalik badan, dan melambaikan tangan pada Rizky. Sebelahnya gadis itu melangkah menuju ke rumahnya.
"Na, tunggu!"
Irena menghentikan langkah. Ia berbalik badan dan melihat Rizky nampak berjalan ke arahnya. "Kenapa, Ky?"
Rizky tak langsung menjawab ia mendekati Irena. Menatap gadis itu dengan tatapan paling dalam. "Gue bakalan sembuh, Na." Nampak Rizky berusaha mengambil udara sebanyak-banyaknya. "Gue harap lo mau nunggu gue sembuh."
Irena tersenyum tulus, lalu menganggukkan kepala. Ia menepuk-nepuk pundak Rizky. "Semangat, Ky. Lo pasti bisa keluar dari keadaan ini. Lo kan kuat."
Rizky menyejajarkan tinggi badannya dengan Irena. Tindakan sederhana ini sukses membuat jantung Irena disco.
Rizky tersenyum manis, lalu mengacak pelan rambut Irena. Setelahnya, ia kembali menegakkan tubuhnya.
Berbalik badan, Rizky berjalan masuk ke dalam rumahnya. Irena? Gadis itu sibuk memegangi dadanya. Degupan itu ternyata masih saja sama.
*****
Tommy melambaikan tangan ketika Yura baru saja tiba di kantin.
"Nih," ujar Yura memberikan sebotol air mineral dingin kepada Tommy, yang disambut Tommy dengan sukacita.
"Makasih, yang!", balas Tommy dengan senyum mengembang.
Yura pun mengambil posisi duduk disebelah Tommy. Gadis itu nampak menghela napas beberapa kali. Hal itu tentu saja menarik perhatian Tommy.
"Kamu kenapa, yang? Kayaknya banyak pikiran," kata Tommy sembari mengusap lembut rambut Yura.
"Aku takut, Tom," aku Yura dengan wajah cemasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky & Irena
Ficção AdolescenteYang Irena tahu, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, kesempatan berubah itu tidak hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, perubahan bisa terjadi pada semua orang, termasuk sahabat masa kecilnya Rizk...