Ambar menutup mulutnya saat mendengar ucapan Zavier di area parkir. Sementara Zavier, pemuda itu hanya bisa menghela napas pasrah.
Merutuki kebodohannya yang berbicara tanpa melihat tempat dan kondisi.
Ambar berjalan mendekati Zavier. "Lo beneran suka sama Jennessa, sahabat lo itu?"
Zavier melirik Ambar takut-takut. "Ya, kenapa? Dia juga nggak tau, kok."
Kepala Ambar menggeleng tak habis pikir. Kisah cinta yang dihadapinya sekarang bisa dikatakan rumit.
"Gue harap lo nggak kasih tau siapa-siapa soal ini. Please!", kata Zavier dengan wajah memohon.
Ambar melipat kedua tangan didepan dada. Sebelah alisnya naik. "Ngapain juga gue bantuin temannya Jennessa, si cewek yang berhasil buat dua teman gue salah paham? Ogah!"
Zavier tersentak dengan penuturan Ambar. "Gue mohon sama lo! Gue bakalan lakuin apa aja buat lo!"
Melakukan apa saja? Ambar rasa itu adalah hal yang bagus. "Serius mau lakuin apa aja?", tanya Ambar ragu.
Kepala Zavier mengangguk. "Iya, apapun yang lo minta bakalan gue turutin."
"Oke, kalo itu mau lo." Ambar nampak berpikir sejenak. "Supaya gue tutup mulut soal ini, gue mau lo traktir gue di kantin tiap jam istirahat sebulan penuh, gimana?"
Wajah Zavier langsung sumringah. "Boleh, gue bakal lakuin, apapun yang lo minta."
"Anak sultan emang beda, yah!", ejek Ambar. "Segitu takutnya lo kalo orang lain tau lo suka juga sama Jennessa, sama kayak Bondan?"
Zavier terdiam. Pemuda itu lalu duduk di bangku beton yang tak jauh dari lokasi parkir. "Karena lo juga udah tau, gue bakalan kasih tau. Gue nggak mau aja hubungan persahabatan gue sama Jennessa hancur karena dia tau gue ada perasaan ke dia."
Kondisi yang Zavier alami mau tidak mau membuat Ambar mengingat perihal perasaannya pada Bondan. Ia juga sama saja, tak mau persahabatan yang dibinanya bersama Bondan berantakan hanya karena satu kata cinta.
"Emang nyesek sih suka sama sahabat sendiri. Ditambah lagi pas tau dia nggak ada rasa sama kita, dan malah suka sama yang lain. Apa lo nggak kesel pas tau Jennessa suka sama Rizky? Apa lo juga nggak kesel pas Bondan selalu berusaha buat deketin Jennessa?"
Sontak tawa hambar Zavier pecah. "Gue ada hak apa buat ngelarang? Gue ini harus tau diri, gue cuma sahabatnya. Jadi gue harus bisa menempatkan diri."
Lagi-lagi, Ambar tertegun dengan ucapan Zavier. Ia lalu ikut duduk disebelah pemuda itu. Tangannya menepuk pelan pundak Zavier. "Lo hebat sih menurut gue. Lo nggak ada niatan maksain perasaan lo. Gue belajar banyak dari lo."
"Emang lo juga lagi suka sama sahabat lo?"
Wajah Ambar berubah datar. "Kepo!"
Zavier tertawa geli. "Ternyata lo sama gue nggak ada bedanya. Sama-sama ngenes!"
"Ih, nyebelin amat sih lo!"
Zavier terus menertawai Ambar, dan Ambar sendiri sudah kesal setengah mati pada Zavier.
Bugh!
"ZAVIER!!!!!"
Ambar memekik kaget saat Zavier sudah tersungkur diatas tangan sebab dihadiahi pukulan yang datang secara tiba-tiba. Ambar segera membantu Zavier untuk berdiri.
"Zavier, sudut bibir lo berdarah!", ujar Ambar panik.
Zavier menggelengkan kepala. "Nggak papa, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky & Irena
Teen FictionYang Irena tahu, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, kesempatan berubah itu tidak hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, perubahan bisa terjadi pada semua orang, termasuk sahabat masa kecilnya Rizk...