37. Mencari Irena

103 8 0
                                    

Rizky melangkah gontai menuju kearah rumah Irena. Seperti beberapa hari yang lalu, keadaan rumah Irena gelap gulita. Tak ada satupun alat penerangan yang dinyalakan didalamnya.

Rizky merogoh saku celananya, mengeluarkan ponsel dan menghubungi nomor ponsel Irena.

Menunggu dengan sabar agar Irena mau mengangkat teleponnya, walau itu hanya sebentar.

"Na, tolong angkat telepon gue...," lirih Rizky sambil terus menghubungi Irena via telepon.

Sayang seribu sayang, Irena tak menjawab panggilan telepon darinya. Rizky makin dibuat gelisah, ia takut firasat buruk yang ia rasakan sejak tadi menjadi kenyataan.

Firasat bahwa Irena sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Tubuh Rizky terduduk didepan teras rumah Irena. Ia akan tunggu gadis itu hingga malam ini.

*****

Irena tersenyum kecil dengan air mata berlinang. Kedua gundukan tanah bertuliskan dua nama orang yang ia rindukan berhasil menyulut perasaan rindunya.

Irena mendekat ke arah pusara kedua orang tuanya. Gadis itu berlutut dan mengusap serta menciumi kedua nisan orang tuanya secara bergantian.

"Assalamu 'alaikum. Ayah, ibu, Rena datang kesini. Nggak papa, 'kan?" Irena berujar seolah-olah kedua orang tuanya mendengar ucapannya.

Menghela napas karena dadanya semakin sesak rasanya, Irena mulai membersihkan pusara ayah dan ibunya. Setidaknya dengan hal itu, kesedihannya bisa sedikit berkurang.

Untuk kali ini saja, Irena mau melepaskan segala bebannya. Berkunjung ke pusara ayah dan ibu adalah salah satu hal yang sudah menjadi kebiasaan Irena dikala kesedihan maupun kesenangan ia dapatkan.

Walau sudah tak ada didekatnya, setidaknya Irena bahagia bisa berkeluh kesah, walau ia hanya bisa mendengar suaranya berbicara seorang diri.

"Ayah sama ibu tau nggak, Rizky bilang benci sama Irena, tapi tadi dia minta maaf sama Irena. Irena harus apa?" Irena terus mencabuti rumput liar yang tumbuh diatas makam orang tuanya.

Hari yang sudah mulai malam sama sekali tak menghadirkan rasa takut dalam diri Irena. Baginya, ia hanya ingin disana, bersama ayah ibunya, dan menjadikan sepi sebagai kawannya.

Irena menyeka air matanya. "Irena bakalan tidur disini." Gadis itu bangkit berdiri, dan mengambil daun pisang yang akan dipakai sebagai alas tidurnya.

Ia membentangkan daun pisang itu diantara jalan yang memisahkan pusara ayah dan ibunya.

Gadis itu terbaring dengan senyum bahagia sekaligus sendu disana. Ia membayangkan kedua orang tuanya memeluknya ketika tengah tertidur. Tapi, ia juga tak bisa menampik, bahwa rasa sakit dihatinya karena perkataan Rizky yang selalu saja mengiang tak kunjung hilang.

*****

Rizky mengusap rambutnya frustasi sebab Irena sampai detik ini belum juga mau mengangkat telepon darinya. Sejak semalam Rizky menunggui gadis itu didepan rumahnya. Hasilnya nihil.

"Ky, seriusan semalam lo nungguin Rena?", tanya Ambar dengan wajah panik.

Kepala Rizky hanya mengangguk lesu.

Bondan nampak menghela napas. "Bahkan Irena belum datang juga. Gue jadi khawatir, jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi sama dia."

Ambar memukul lengan Bondan. "Ish, jangan bikin gue tambah panik, dong!"

Rizky hanya memikirkan Irena sejak semalam. Sampai pagi hari ini pun tetap sama.

Dimana Irena saat ini?

Rizky & IrenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang