51. Mulai Menemui Titik Terang

79 7 2
                                    

Pasukan Bela Irena

Bondan menambahkan Jennessa

Ambar: Pasukan Bela Irena?

Bondan: Yoi, sistah!

Zavier: Gue mau jelasin dikit, grup ini dibuat Bondan, khusus buat kita-kita yang mau nengokin Irena di kantor polisi. Aktivitas grup ini bebas dari pengamatan Yura ataupun Putri.

Ambar: Wah, bagus-bagus! Tapi kenapa Jennessa masuk grup ini juga?

Bondan: Rizky yang minta, besok pas kita ngumpul dia mau jelasin sesuatu, sama tentang si Jennessa juga.

Ambar: Wokkay

Tommy tersenyum tipis membaca pesan yang ada di grup yang baru saja dibuat Bondan buat jam 7 malam tadi.
Sekarang suasana ruang rawat Tommy sangatlah sepi, jadi ia bisa bangun dan beraktivitas tanpa harus berpura pura terbaring lemah diatas tempat tidur.

Kedua orang tuanya dan juga Yura berada di luar. Mungkin mereka takut mengganggu waktu istirahat Tommy jika terus berada dalam ruangan.

Ada rasa tak tega dalam hati Tommy telah membohongi kedua orang tuanya dan Yura jika ternyata ia sudah bisa bangun. Tapi, ini semua dilakukannya agar bisa menjebak Putri.

Gadis itu harus segera mempertanggung jawabkan semua perbuatan jahatnya.


***

Waktu ternyata begitu cepat berlalu. Hari ini telah tiba.

Hari menjenguk Irena yang masih berada di kantor polisi.

"Aduh, ini si Rizky sama Bondan kemana, sih?! Lambat banget datangnya!", ujar Ambar misuh sembari melirik jam tangan berwarna hitam yang melingkar dipergelangan tangannya.

"Sabar lah, Bar. Bentar lagi tuh anak berdua datang juga," kata Zavier mengusap peluh dikeningnya.

Jennessa, gadis itu hanya terdiam. Ia bingung mau mengatakan apa. Setelah sekian lama, ia kembali berkumpul bersama teman-temannya setelah dijauhi.

Ada rasa senang kala melihat kenyataan itu sekarang.

"Woy!"

Zavier, Jennessa, dan Ambar kompak berbalik kala melihat Bondan dan Rizky sudah melangkah ke arah mereka.

Ambar nampak cemberut. "Lama amat lo berdua! Jamuran tau nggak nungguin kalian doang!"

Bondan berdecih. "Alay amat lo, Bar!"

Rizky hanya memutar kedua bola matanya. Pemuda itu lalu berdehem. "Oh iya, soal Jennessa ada yang mau gue jelasin." Rizky melirik ke arah Jennessa. "Jennessa yang selama ini bantuin gue buat nyari barang bukti supaya Irena bisa bebas dari penjara."

Zavier tentu saja sangat terkejut. Tapi setelahnya pemuda itu menghembuskan napas lega. Jennessa sudah berubah menjadi gadis yang jauh lebih baik.

Mengetahui hal itu, Ambar dan Bondan nampak tersenyum. Ambar langsung memeluk Jennessa dengan hati yang lega. "Makasih, Jennessa! Lo mau bantuin Irena, sahabat gue." Ambar melepas pelukannya dari Jennessa. "Karena lo bantuin Irena, mulai sekarang lo jadi temen gue juga, yah?"

Jennessa tak tahu lagi apa yang harus ia katakan. Pengakuan sebagai seorang teman ini sudah lebih dari cukup untuknya.

"Nah, gitu dong! Kita semua temenan, kan enak diliatnya," sahut Zavier.

Rizky & IrenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang