55. Rumah Putri

82 8 2
                                    

Ambar nampak mondar mandir di depan rumahnya. Ia masih menunggu kedatangan Rizky, Bondan, Jennessa, dan Zavier.

"Maaf, Ambar! Gue telat!" Bondan berteriak heboh diatas motor Zavier. Zavier bahkan sampai memejamkan matanya sebelum memarkirkan motornya dengan baik di pekarangan rumah Ambar.

"Nah, loh, yang lain belum datang?", tanya Zavier setelah melepas helmnya.

Untuk sejenak Ambar melihat wajah Zavier yang makin lama, membuatnya merasa tidak karuan.

Setelahnya gadis itu menggelengkan kepala. Ia tidak boleh salah fokus di saat-saat seperti ini.

"Jennessa sama Rizky belum sampai."

Zavier hanya menganggukkan kepala. Setelahnya Ambar meminta mereka duduk di kursi, sedang gadis itu menyiapkan jus jeruk untuk kedua pemuda itu.

"Aduh, jadi ngerepotin," ujar Zavier.

"Nggak masalah. Minum jusnya."

Bondan meminum jus jeruk itu lebih dulu. Sepertinya pemuda dengan wajah blasteran itu kehausan.

"Hati-hati keselek," ujar Zavier tertawa kecil.

Perhatian mereka teralih saat melihat Rizky sudah tiba. Pemuda itu turun dari atas motor, dan memasang tampang seperti biasa. Tetap datar.

"Untung lo udah datang, sekarang kita tinggal tunggu Jennessa. Lo minum dulu, gih. Mumpung jusnya masih banyak," kata Ambar memberikan sebuah gelas kepada Rizky, yang diterima oleh pemuda itu.

"Emangnya, dalam rangka apa kita ngumpul ke rumah lo?" Pertanyaan itu berasal dari Bondan, yang kini sibuk menuangkan jus jeruk ke dalam gelas miliknya. Entah sudah berapa kali ia menuang jus itu ke dalam gelasnya.

"Soal video yang gue kasih ke kalian, ada hubungannya sama Putri. Dan gue mau hari ini kita ke rumahnya. Kita minta dia akui semua perbuatannya. Karena jujur, gue merasa nggak tenang selama dua belum di penjara. Sekarang dia udah terang-terangan mau bunuh Tommy, bisa jadi besok-besok dia celakai semua yang ada disekitar Tommy." Ambar berujar dengan wajah jengkel sekaligus khawatir.

Zavier menganggukkan kepala. "Ide lo keren juga, Ambar. Gue juga mau liat, apa Putri sanggup mengakui semua kejahatannya. Karena soal pelaku penusukan Tommy, 100 persen jawaban gue tetap Putri pelakunya."

"Wah, Jennessa udah datang!"

Ambar menghampiri Jennessa saat gadis itu baru saja turun dari mobil. Hari ini Jennessa diantar sulit pribadi keluarganya.

"Maaf gue telat," kata Jennessa.

"Nggak papa. Minum jus dulu, habis itu kita ke rumah Putri. Akan ada kejutan besar buat dia di akhir tahun ini." Ambar berkata dengan wajah serius.

***

"Serius ini rumahnya? Gede amat, Ky! Sebelas dua belas sama rumahnya si Bondan!", seru Ambar mengedarkan pandangannya hampir ke segala penjuru bagian depan rumah Putri.

"Ini sih bukan rumah lagi, ini istana," kata Zavier yang juga larut dalam mode kagum.

Rizky menggelengkan kepalanya. Baginya, kemewahan rumah Putri sama sekali tak menarik baginya. Yang paling penting, ia bisa segera bertemu Putri, dan segera menjebloskan gadis itu ke dalam penjara, agar bisa mempertanggung-jawabkan segala semua perbuatannya.

"Tunggu apa lagi?! Ayo masuk!"

Ambar melangkah lebih dulu, diikuti yang lainnya di belakang.

Tok, Tok, Tok

"Permisi!"

"Permisi!"

Ambar nampak tidak sabar untuk segera menemui Putri. Ia tak peduli apa kata orang mengenai tindakannya mengetuk pintu rumah Putri dengan cukup keras.

Rizky & IrenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang