Rizky dan Irena tengah berada di pekarangan belakang rumah Irena.
Rupanya mereka ingin membicarakan banyak hal, hanya ada mereka berdua.
Seharian di sekolah, belajar dan terus belajar, membawa mereka pada efek jenuh. Mereka perlu membicarakan banyak hal, sekalipun pembicaraan itu tak begitu penting.
"Na, menurut lo, gue harus bersikap bagaimana sama Yura? Akhir-akhir ini dia sering banget bawain gue makanan sama minuman, dan segala bentuk kebaikan dia tunjukin ke gue."
Irena memandang Rizky sejenak, lalu gadis itu mulai memasukkan batagor ke dalam mulutnya.
"Gini yah, Ky, menurut gue apa yang Yura lakuin itu benar-benar keren, sih! Tandanya dia menghargai lo sebagai sahabat Tommy."
Rizky memejamkan kedua matanya. "Tapi jujur nih, kalo setiap kali gue liat dia, dada gue bawaannya sesak aja."
Irena yang sedari tadi tak henti mengunyah batagornya nampak diam.
Sepertinya Rizky belum sepenuhnya ikhlas akan masalah ini.
"Belajar buat ikhlas, Ky."
Ucapan singkat dari Irena berhasil memukul telak Rizky.
Satu kata dengan sejuta kerumitan saat seseorang hendak melakukannya.
Ikhlas.
"Susah, Na."
Irena tersenyum kecil. "Gue tau respon lo bakal begini. Kalo lo selalu bilang itu susah, yakin dan percaya aja semuanya akan beneran jadi susah."
Rizky menatap Irena lekat. "Lo nggak tau Na gimana berada di posisi gue, mengikhlaskan perasaan nggak segampang membalik telapak tangan."
Giliran Irena yang memejamkan mata.
Rizky salah mengira jika Irena tak merasakan apa yang pemuda itu rasakan.
Tak hanya merelakan perasaan, Irena bahkan kehilangan orang-orang yang paling ia kasihi dalam hidupnya.
"Gue tau kok apa yang lo rasain, Ky. Selama ini 'kan gue sama-sama lo terus."
Rizky tertawa hambar. "Bukan berarti kalo kita selalu bersama kita bisa paham apa yang orang lain rasakan, Na."
"Ky, semua orang yang hidup dan berjuang sekarang harus lewatin fase untuk mencoba berbuat ikhlas. Bohong banget kalo ada orang yang pernah mencoba ikhlas. Sekalipun ada julukan orang terjahat di dunia, yakinlah saat dia menjadi orang baik, ada wakti dia menjadi orang yang lebih lapang dada. Dan itu salah satu contoh berbuat ikhlas." Irena menjeda ucapannya. "Kita nggak akan pernah bisa membuat seluruh aspek dalam kehidupan ini menuruti kemauan kita. Hidup ini bukan cuma tentang kita, tapi tentang orang lain. Kadang kala hidup meminta kita bersikap egois, tapi kadang kala hidup meminta kita bekerja dengan sangat keras. Pilihannya ada ditangan manusia yang menjalani kehidupan saat ini."
Rizky selalu berhasil dibuat tertegun oleh tiap perkataan yang Irena lontarkan.
"Na, andai gue ini normal, nggak menyimpang, gue yakin gue pasti udah bakalan jatuh cinta sama lo."
Mata Irena melotot, ia memandangi Rizky dengan raut tak percaya. Hingga Rizky tertawa kecil, dan mengusap lembut puncak kepala Irena. "Kenapa bisa orang sebaik lo bisa temenan sama cowok menyimpang kayak gue? Harusnya lo 'kan jijik."
Tangan Irena menggenggam tangan Rizky yang mengusap lembut kepalanya. Irena lalu meletakkan telapak tangan Rizky tepat di dada pemuda itu. "Alasan gue cuma satu, Ky. Jadi teman lo bawa kebahagiaan nggak terbatas buat gue. Gue yang hidup cuma sebatang kara ini merasa hidup ditengah-tengah keramaian, nggak pernah merasa sepi walau itu cuma sekali. Gue beruntung punya kalian."
![](https://img.wattpad.com/cover/154697213-288-k440234.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky & Irena
Dla nastolatkówYang Irena tahu, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, kesempatan berubah itu tidak hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, perubahan bisa terjadi pada semua orang, termasuk sahabat masa kecilnya Rizk...