16. Perasaan Irena dan Ambar

96 8 5
                                    





Rizky menatap Yura yang nampak duduk dengan perasaan gelisah dihadapannya.

Sebenarnya Rizky merasa lega, sebab Yura sama sekali tidak mengetahui perasaan khususnya pada Tonmy.

Gadis itu justru menanyakan sikap Rizky yang selalu dingin kepadanya. Rizky mau menjawab jujur, tapi ucapan Irena mengiang dalam pikirannya.

"Yura sama sekali nggak salah, Ky. Dia juga bukannya bisa nentuin jatuh cinta sama siapa. Dan Tommy, dia sayang Yura. Yura yang buat sifat buruk Tommy perlahan berkurang. Yura berperan penting dalam hidup Tommy. Jadi, jangan karena rasa cinta lo yang buta lo sampai melayangkan kebencian pada orang yang nggak salah."

"Rizky, lo kenapa? "

Pertanyaan Yura berhasil menyentak Rizky.

"Ya? Lo mau tau jawaban atas pertanyaan lo itu?", tanya Rizky dengan raut dingin.

Yura membulatkan kedua matanya. Kepalanya menunduk dalam, dan akhirnya gadis itu mengangguki ucapan Rizky.

"Alasan gue selama ini bersikap dingin sama lo, karena gue tipe orang yang nggak mudah akrab sama orang yang baru gue kenal."

Yura yang semula menundukkan kepala, kembali mendongakkan kepala. Ia menatap Rizky. "Ky, gue sama Tommy udah setahun pacaran, loh. Dan selama ini gue berusaha berinteraksi sama lo."

Rizky menggelengkan kepalanya. "Satu tahun itu belum bisa ngeyakinin gue kalo lo bisa dan oantas gue jadikan teman."

Yura menghembuskan napas panjang. "Jadi gue harus gimana supaya lo bisa terima gue dan nggak mikir gue nggak pantas jadi teman kalian?"

Rizky bangkit dari duduknya, kedua tangannya tenggelam didalam saku celananya. "Lo pikir aja sendiri. Gue duluan."

Yura nampak melongo melihat tingkah Rizky. Ia tak menyangka, selama ini Rizky yang terlihat datar, dingin, dan juga menakutkan punya sisi menyebalkan seperti ini.

Ingin rasanya Yura melemparkan Rizky dengan piring plastik di kantin.

Yura bangkit dari duduknya. Pikirannya jadi kalang-kabut memikirkan agar Rizky sedikit bersikap baik padanya.

Ia butuh Tommy, ia mau curhat pada Tommy.

*****



Irena nampak tersenyum bangga menyaksikan interaksi baik yang mulai terjalin diantara Rizky dan Yura.

Setelah sekian lama, akhirnya Rizky berani membuka diri. Berani berbicara empat mata dengan Yura adalah suatu kemajuan yang besar untuk Rizky, dan menjadi kelegaan beserta kebahagiaan tersendiri bagi Irena.

"Terima kasih ya Allah, semuanya menjadi lebih mudah," ujar Irena sembari menengadahkan kepalanya kearah langit.

Ambar yang kebetulan lewat dan melihat Irena segera menghampirinya.

"Na, kok lo diem disini aja? Nggak niat beli sesuatu di kantin?", tanya Ambar.

Irena tersenyum kecil lalu menggelengkan kepala. "Ntar gue palak si Boncel."

Raut wajah Ambar seketika berubah saat Irena menyebut nama Boncel alias Bondan.

Dan Irena sudah mengira-ngira mengapa Ambar bisa menunjukkan raut demikian.

"Cuma dua alasan kenapa lo bisa sesedih ini kalo urusannya udah bawa si Boncel. Kalo bukan berantem palingan urusan hati yang belum kelar."

Ambar menatap Irena dengan wajah cemberut. "Ih, lo mah gitu! Tau aja sama apa yang gue pikirin!"

Rizky & IrenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang