Rizky menghentikan motornya tepat didepan rumah Putri.
"Makasih yah Ky buat tumpangannya," ucap Putri sembari menyerahkan helm yang tadi ia kenakan kepada Rizky.
Rizky menerimanya dengan wajah datar. Setelahnya mesin motornya mulai ia nyalakan.
"Ky, lo nggak mau mampir dulu? Gue buatin minum," tawar Putri.
"Makasih, mending gue balik."
Jawaban dari Rizky cukup menjadi hal yang jelas bagi Putri. Mungkin hari ini Rizky belum bisa, tapi suatu saat nanti Rizky mau menerima kehadirannya.
Ya, Putri berusaha menanamkan pikiran positif itu dalam kepalanya.
"Yaudah, hati-hati."
Rizky hanya mengangguk dengan ekspresi datar. Setelahnya ia mengendarai motornya meninggalkan halaman rumah Putri.
Setelah kepergian Rizky, Putri masih memikirkan bagaimana sikap pemuda itu kepadanya. Dan Putri rasa, ada sedikit keajaiban yang terjadi hari ini. Walaupun masih bersikap dingin, Rizky masih ada rasa sedikit peduli padanya. Bahkan, Rizky sudah mau bicara padanya.
"Udah ada kemajuan," gumam Putri dengan wajah tersipu malu, setelahnya gadis itu memasuki rumahnya.
***
Kamar berukuran besar, meja belajar, jajaran buku yang tertata rapi di rak buku, satu unit komputer, dan segala fasilitas ada di kamar pemuda itu.
Tapi, itu semua tak bisa mengalihkan perhatiannya dari sebuah kotak berwarna emas, yang selalu menjadi kesukaannya sejak ia masih kecil.
Perlahan, Rizky membuka tutup kotak berwarna emas itu. Senyumnya merekah sempurna melihat tiap lembar foto, yang tak pernah ia bosan memandanginya.
Foto pertama menampilkan tiga orang anak kecil berusia 10 tahun, dengan anak perempuan dan kedua anak laki-laki yang mengapitnya. Foto itu adalah sosok Rizky, Irena, dan Tommy sewaktu masih duduk di bangku SD.
Beralih pada lembar foto berikutnya, nampak lagi sosok mereka bertiga yang sudah masuk di jenjang SMP. Nampak Irena dan Tommy menarik pipi Rizky agar pemuda itu tersenyum. Mengingatnya Rizky ingin tersenyum geli rasanya.
Hingga pada lembar foto berikutnya, tak ada lagi sosok ketiga sahabat yang nampak. Yang nampak hanyalah foto remaja dengan wajah tampan dengan tubuh yang gagah.
Bukan sosok Rizky, tetapi sosok lain yang merupakan sahabatnya.
Tommy Rahesa.
Hanya ada foto Tommy setelahnya.
Rizky mengambil foto itu dengan tangan bergetar, dengan tatapan mata yang...bisa dikatakan sebagai tatapan memuja.
Kekaguman itu tak pernah beranjak barang sedikitpun dari hati Rizky.
Sejak dulu, sejak ia masih kecil, saat ia masih polos dan tak mengerti apapun.
Masih membekas diingatan Rizky bagaimana Tommy dan Irena selalu melindunginya, bagaimana Tommy membantu Irena menghajar anak-anak badung yang selalu mengganggunya, dan Tommy yang sampai nekat melukai anak-anak itu hingga berakhir di rumah sakit. Dan, Tommy yang meredakan tangis dan ketakutannya saat itu, pada saat Irena mengomelinya karena Rizky tak berani melawan saat itu.
"Gue...terlalu sayang sama lo, Tom...."
Jari Rizky mengusap wajah Tommy yang ada di foto itu. Matanya berkaca-kaca, ada senyum miris diwajahnya. "Lo gak tau, gimana hancurnya perasaan gue saat tau lo udah sama Yura. Gue sakit, Tom...gue sakit..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky & Irena
Teen FictionYang Irena tahu, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, kesempatan berubah itu tidak hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, perubahan bisa terjadi pada semua orang, termasuk sahabat masa kecilnya Rizk...