Sepanjang jam istirahat, Rizky selalu berusaha mengabaikan Irena. Gadis itu bahkan mengajaknya berbicara, tapi sayangnya Rizky masih kesal dengan Irena. Jika mencekik orang tidaklah berdosa, sudah pasti Rizky akan melakukan aksinya itu dari jauh-jauh hari.
"Ky, udah dong ngambeknya. Ntar gue beliin permen deh kalo lo mau maafin gue. Ky...." Irena menggerak-gerakkan tangan Rizky layaknya seorang anak kecil yang membujuk ibunya agar ia bisa dibelikan mainan.
Ambar dan Bondan hanya menatap satu sama lain. Sesekali meringis pelan melihat tingkah Irena yang sama sekali tak bisa meredakan kekesalan Rizky.
"Ky, gue minta maaf. Ini semua karena gue. Andai gue minta nomor hp lo langsung, pasti kejadiannya nggak bakalan begini," sesal Ambar dengan suara pelan.
Irena memberi pelototan tajam pada Bondan. Cowok itu tadi mengatakan jika ia akan mewakilkan untuk berbicara dengan Rizky. Tapi faktanya sekarang, cowok blasteran itu hanya diam persis kambing lagi sakit gigi.
Rizky menatap ketiga orang dihadapannya itu dengan tatapan jengah. Mau marah lama-lama dengan mereka rasanya Rizky merasa tak nyaman. Bagaimanapun, ketiga orang itu adalah teman baiknya, selain Tommy yang sibuk dengan Yura tentunya.
"Yaudah, lain kali jangan diulangi lagi," ujar Rizky dengan nada datar yang membawa kelegaan bagi Irena, Ambar, dan Bondan.
"Oke, karena Rizky nggak ngambek lagi, gue traktir lo bertiga. Let's go to canteen!"
Bondan bangkit dari kursinya lebih dulu. Senyum Irena dan Ambar mengembang sempurna, dan Rizky seperti biasa tetap datar dan minim ekspresi.
Keempat orang itu berjalan bersama menuju ke kantin. Dan para siswi yang melihat Rizky dan Bondan melintas nampak memekik tertahan.
Jujur, Irena ingin sekali membekap mulut para gadis itu. Sebegitu menarikkah Bondan dan Rizky di mata mereka? Padahal Irena yang sudah bersama Rizky sejak berusia 5 tahun, dan sekelas bersama Bondan sejak kelas X SMA menganggap keduanya sama sekali tak ada bagus-bagusnya.
Mereka tidak tahu saja, bagaimana mengesalkannya kedua manusia yang merupakan teman dekatnya itu.
Mata Irena berbinar saat ia dan yang lain sudah tiba di depan kantin. Irena sudah siap memesan banyak makanan, dan untungnya si Bondan yang akan membayarkan. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan?
Mereka memutuskan untuk duduk di tempat duduk dekat jendela yang memperlihatkan pemandangan luar sekolah. Kebetulan bagian itu sedang kosong.
"Kalian mau pesen apa?", tanya Bondan pada mereka bertiga.
Ambar nampak berpikir sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Bondan. "Hm, gue pesen soto ayam, deh. Sama es teh manis satu."
"Kalo gue mau pesen nasi goreng ekstra pedes, banyakin yah kerupuknya. Minumannya soda aja." Pesanan Irena mendapat pelototan dari Rizky. Irena itu punya sakit maag, dan bagaimana jadinya makanan pedas dan minuman bersoda dikonsumsi bersamaan? Bisa langsung sakit gadis itu nanti.
Dan rupanya, tatapan tajam dan penuh peringatan itu Irena abaikan. Sekali-kali makan makanan pedas dan minuman bersoda tak masalah juga.
"Ky, lo mau pesen apaan?", tanya Bondan.
Rizky memghembuskan napas panjang. "Samaain aja kayak lo."
Kepala Bondan mengangguk, setelahnya cowok itu sudah beranjak dan memesankan makanan untuk ketiga temannya itu.
Rizky masih betah memberikan pelototan tajam ke arah Irena. "Lo tau 'kan lo sakit maag?", tanya Rizky dingin.
Irena mengangguk. "Iya, gue tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rizky & Irena
Roman pour AdolescentsYang Irena tahu, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan, kesempatan berubah itu tidak hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, perubahan bisa terjadi pada semua orang, termasuk sahabat masa kecilnya Rizk...